TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa wilayah di Shanghai ditempatkan kembali di bawah penguncian atau lockdown hanya sehari setelah pembatasan seluruh kota dicabut pada Rabu, 1 Juni 2022. Hal ini disebabkan strategi ketat nol-Covid China yang terus menghantui kota yang menjadi pusat keuangan itu.
Komisi kesehatan kota, seperti dikutip Xinhua, mengatakan pada Ahad, bahwa Shanghai melaporkan 6 kasus COVID-19 yang ditularkan secara lokal yang dikonfirmasi. Selain itu ada juga 16 kasus tanpa gejala lokal pada Sabtu.
Shanghai mencabut lockdown setelah dua bulan. Langkah itu memungkinkan sebagian besar dari 25 juta penduduknya meninggalkan komunitas mereka. Namun, hampir 2 juta orang masih terkurung di rumah mereka, di daerah yang ditetapkan sebagai berisiko tinggi oleh pemerintah.
Sebelumnya, pada konferensi pers Kamis, pejabat Shanghai mengatakan sejumlah kasus COVID-19 baru terdeteksi di distrik Jing'an dan Pudong kota.
Kasus itu mengakibatkan empat lingkungan dengan cepat ditutup dan ditetapkan sebagai 'daerah berisiko sedang'. Itu artinya penduduk akan dikurung di rumah mereka selama 14 hari.
Pejabat setempat Shanghai, yang dikutip Saudi Gazette, mengatakan, 26 kontak dekat mereka dan 106 kontak sekunder telah ditempatkan di karantina pemerintah, dan lebih dari 470.000 orang telah diuji.
Kembali ke lockdown adalah pengingat terbaru bagi warga Shanghai, bahwa meskipun ada pelonggaran pembatasan, kebijakan nol-COVID, pemerintah akan terus mendominasi kehidupan sehari-hari. Kebijakan itu sendiri berupa pengujian massal, karantina ekstensif, dan penguncian cepat.
Adapun bisnis dan toko Shanghai diizinkan untuk dibuka kembali, serta layanan kereta bawah tanah dan bus dilanjutkan. Walau demikian, penduduk masih memerlukan tes negatif COVID-19 yang diambil dalam waktu 72 jam, untuk menggunakan transportasi umum dan memasuki ruang publik.
Antrean panjang terbentuk di lokasi pengujian di seluruh kota pada Rabu dan Kamis. Menurut video yang diungggah oleh netizen di media sosial, barisan sampai membentang ratusan meter di terik musim panas, dan yang lainnya bertahan hingga larut malam.
Sebuah situs pengujian memasang pemberitahuan yang memperingatkan warga bahwa menunggu bisa memakan waktu empat setengah jam.
Pejabat Shanghai pada Kamis mengakui dan meminta maaf atas penantian yang lama, dengan alasan kurangnya sumber daya dan fasilitas - meskipun pihak berwenang telah membangun lebih dari 10.000 lokasi pengujian dan melatih ribuan pekerja untuk menyeka tenggorokan.
Beberapa situs pengujian belum dioperasikan, sementara yang lain hanya dibuka untuk waktu yang singkat pada hari itu dan kekurangan staf. Para pejabat menambahkan, bahwa dia berjanji untuk memperbaiki situasi ini.
Banyak warga masih dihantui oleh ketakutan akan penguncian baru itu. Pada Kamis pagi misalnya, kerumunan seperti terekam video media sosial melarikan diri dari mal International Finance Center, distrik keuangan Lujiazui, karena orang bolak-balik di tempat pengecekan Covid-19.
Mal tersebut kemudian mengeluarkan pemberitahuan yang mengatakan telah dibuka kembali pada pukul 12.30 malam, setelah melakukan disinfeksi penuh, tanpa memastikan ada kasus positif COVID-19 di lokasi.
Penguncian Shanghai yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan kekurangan pangan yang meluas dan kurangnya akses ke penanganan medis.
Pemimpin China Xi Jinping telah bersumpah untuk melanjutkan kebijakan nol-COVID, bahkan ketika seluruh dunia belajar untuk hidup dengan virus dan beralih dari pandemi.
Pada Kamis, People's Daily - corong Partai Komunis Cina - menyatakan di halaman depannya bahwa "pertempuran untuk melindungi Shanghai telah mencapai pencapaian bertahap besar" di bawah kepemimpinan Xi.
"Shanghai secara aktif mengeksplorasi mekanisme baru untuk pencegahan dan pengendalian yang dinormalisasi di kota besar itu, dan mempercepat kembalinya pembangunan ekonomi dan sosial ke jalur normal," katanya.
Baca juga: Shanghai Cabut Lockdown, Tempat Hiburan dan Transportasi Beroperasi Kembali
SUMBER: SAUDI GAZETTE | XINHUA