TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson berusaha mencari dukungan setelah negara itu memutuskan bergabung dengan NATO dan akan memasukkan lamarannya ke NATO pada Senen, 16 Mei 2022 waktu setempat
Sebelumnya, partai berkuasa di Swedia menentang keanggotaan Swedia di NATO, namun invasi Rusia ke Ukraina telah menjadi peringatan bagi Swedia.
Magdalena Andersson menghadiri konferensi pers setelah ditunjuk sebagai Perdana Menteri baru negara itu setelah pemungutan suara di Parlemen Swedia Riksdagen di Stockholm, Swedia 24 November 2021. Magdalena Andersson mengundurkan diri beberapa jam setelah dipilih oleh parlemen. Erik Simander /TT News Agency/via REUTERS
Awalnya Swedia tak pernah terpikirkan untuk bergabung dengan NATO. Namun serangan Rusia ke negara tetangganya telah mendorong Swedia dan Finlandia memikirkan kembali kebutuhan keamanan mereka dan keselamatan dalam aliansi militer, yang terpisah selama perang dingin.
Perang di
Ukraina, yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus, telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi. Kondisi ini langsung menghancurkan kebijakan lama Swedia dan membawa gelombang dukungan publik di Swedia dan Finlandia agar menjadi anggota NATO.
Dalam acara debat sepekan terakhir di kalangan para pemimpin Partai Sosial Demokrat, Andersson mengatakan masuk ke NATO adalah hal terbaik demi keamanan Swedia dan masyarakat Swedia.
"Non-blok telah melayani kami dengan baik, namun kesimpulan kami adalah hal ini tidak akan melayani kami dengan baik di masa depan," kata Andersson.
Warga Swedia yang dulu menentang, sekarang sudah banyak yang mendukung negara mereka agar masuk NATO. Aplikasi untuk masuk NATO akan segera didaftarkan.
Sejak perang Napoleon,
Swedia tak mau mengesampingkan posisi non-bloknya, dibanding Finlandia yang pernah berperang melawan Uni Soviet pada ke-20. Namun situasi sekarang membuat Swedia berubah fikir