TEMPO.CO, Jakarta - Restoran milik Lee menyediakan menu utama ayam goreng murah meriah di dekat pusat kota Seoul, telah menahan diri untuk tidak menaikkan harga selama satu setengah dekade.
Tapi sekarang, kata Lee, larangan ekspor minyak goreng oleh Presiden Jokowi yang makin melambungkan harga minyak goreng, membuat dia tidak punya pilihan selain menaikkan harga.
Dia terpaksa mengikuti langkah jaringan restoran ayam goreng terkenal di Korea Selatan yang sudah menaikkan harga lebih dulu.
Dilema Lee menyoroti jalan berbahaya ke depan bagi para pembuat kebijakan di ekonomi terbesar keempat di Asia, di mana kekhawatiran atas tekanan inflasi mendorong kenaikan suku bunga yang mengejutkan bulan ini dengan tingkat inflasi dan ekspektasi tertinggi dalam satu dekade.
Untuk beragam barang konsumen yang menggunakan minyak sawit - dari croissant hingga kosmetik - langkah mengejutkan Indonesia selama seminggu terakhir untuk melarang ekspor telah mengirimkan gelombang kejutan secara global, mendorong harga minyak sawit dari sumber lain seperti Malaysia, dan untuk pengganti seperti kedelai minyak.
"Kami dengan hati-hati mengamati situasi karena permintaan minyak sawit Malaysia dapat meningkat dan dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi," kata juru bicara Ottogi, produsen pizza beku dan mie ramen utama Korea Selatan.
Indonesia, sumber lebih dari setengah pasokan minyak sawit dunia, memperluas penangguhan ekspornya pada hari Rabu untuk memasukkan minyak mentah dan minyak sulingan, membuat pasar sawit dunia kacau setelah perang di Ukraina menekan pasokan minyak bunga matahari.
Harga patokan minyak sawit berjangka yang diperdagangkan di Malaysia melewati batas harian 10% setelah pengumuman Rabu dan naik hampir 50% sejak awal tahun, sementara harga soy oil di Chicago Board of Trade mencapai rekor tertinggi.
Bahkan sebelum pelarangan, kenaikan harga global yang stabil secara kasar telah menggandakan harga minyak nabati di Korea Selatan dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Harga kosmetik ikut naik