"Semuanya naik, harga minyak ini berlipat ganda, tepung naik, begitu juga ayam," kata Mr Lee, pemilik restoran chimaek, yang menolak menyebutkan nama lengkapnya karena takut menarik perhatian dengan kenaikan harga di tokonya.
Tokonya mengandalkan pelanggan pegawai kantor pemerintah setempat untuk rekor harga yang stabil.
"Kami belum menaikkan harga, tetapi sekarang sangat sulit dan kami perlu menaikkan harga sedikit."
Genesis BBQ, salah satu rantai ayam goreng terbesar di negara itu, pekan lalu mengatakan akan menaikkan harga untuk sebagian besar item di menunya untuk pertama kalinya dalam empat tahun sebesar 10%, setelah langkah serupa dilakukan oleh saingannya Kyochon F&B dan BHC.
Restoran dan toko lokal seperti Lee, yang mematok harga 8.000 won atau sekitar Rp93 ribu untuk satu ayam utuh, terpaksa menaikkan harga. Rantai yang lebih besar akan menjual dengan harga sampai 20.000 won untuk ayam mereka, .
Dan dampak harga dari larangan ekspor kelapa sawit tidak akan terbatas pada ayam.
Korea Selatan mengimpor lemak dan minyak hewani dan nabati senilai $2,2 miliar pada tahun 2021, di mana sekitar 30% di antaranya adalah minyak sawit, menurut data badan bea cukai. Sebagian besar, atau 56%, berasal dari Indonesia, dan sisanya dari Malaysia.
"Saya mendengar minyak kelapa sawit digunakan dalam banyak kosmetik," kata Joo Hyeon-jung, yang sedang piknik bersama teman-temannya di sepanjang Sungai Hangang Seoul.
"Kosmetik itu seperti kebutuhan bagi kita perempuan dan kenaikan harga di akan sangat memukul saya, karena itu seperti pengeluaran tetap."
Reuters