TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkukuh ingin bertemu langsung dengan Vladimir Putin, presiden Rusia. Zelensky ingin memperbarui tawaran pembicaraan damai antara lain menyatakan status wilayah yang disengketakan dapat diperdebatkan dan kemungkinan referendum.
Zelensky mengatakan kepada media lokal bahwa dia siap untuk bertemu Putin dalam format apapun. Pertemuan guna membahas mengakhiri perang Rusia Ukraina yang berlangsung selama hampir satu bulan dan telah menghancurkan beberapa kota di Ukraina.
Dia mengatakan, status Krimea yang diduduki Rusia dan negara bagian yang didukung Rusia di Donbas bisa diperdebatkan. "Pada pertemuan pertama dengan presiden Rusia, saya siap mengangkat masalah ini," katanya.
"Tidak akan ada banding atau pidato sejarah. Saya akan membahas semua masalah dengannya dengan sangat rinci," kata Zelensky.
Rusia telah mendeklarasikan Krimea sebagai bagian dari Negara Beruang Merah tersebut. Rusia juga mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk di Ukraina timur.
Ketiga wilayah tersebut adalah bagian dari Ukraina setelah runtuhnya Uni Soviet. Selama sepuluh tahun terakhir, ketiga wilayah itu berada di pusat krisis.
"Jika saya memiliki kesempatan ini dan Rusia memiliki keinginan, kami akan menjawab semua pertanyaan," katanya kepada wartawan Ukraina dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh outlet media Suspilne.
"Akankah kita menyelesaikan semuanya? Tidak. Tapi ada kemungkinan, sebagian kita bisa, setidaknya untuk menghentikan perang," ujarnya.
Meskipun Zelensky mengisyaratkan bahwa dia bersedia untuk berbicara tentang status tiga wilayah, dia telah berulang kali bersikeras bahwa ketiganya adalah bagian dari Ukraina. Ia juga mengatakan negaranya tidak akan menyerah kepada Rusia.
Zelensky juga memperingatkan bahwa setiap perjanjian damai yang melibatkan perubahan bersejarah akan dimasukkan ke dalam referendum nasional.
Menurut Sonia Mycak, seorang ahli Ukraina di Australian National University, hasil pemungutan suara kemungkinan mayoritas rakyat Ukraina tak akan menyerahkan tiga wilayah itu.
"Sebagian besar, sepertinya 80 persen orang Ukraina tidak ingin melepaskan wilayah itu," ujarnya mengutip dua jajak pendapat publik baru-baru ini.
"Saya pikir itu akan ditolak oleh penduduk. Banyak orang Ukraina mengatakan tidak boleh berhenti berjuang," tambahnya.
"Warga Ukraina melihat diri mereka berada di bawah ancaman eksistensial. Bukan hanya hilangnya wilayah, tetapi fakta bahwa mereka harus hidup sebagai orang Rusia, akan ada Rusifikasi yang berat, akan ada kontrol otokratis."
Pembicaraan selama sebulan antara pejabat Ukraina dan Rusia sejauh ini gagal menghentikan atau bahkan memperlambat perang yang telah memaksa 3,5 juta warga Ukraina meninggalkan negara itu. Namun Rusia belum berhasil menduduki seluruh negara atau menggulingkan pemerintah Zelensky yang kian populer.
"Mustahil untuk tidak memiliki solusi. Dengan menghancurkan kita, dia pasti menghancurkan dirinya sendiri," kata Zelensky tentang Putin.
"Saya tidak ingin kita turun dalam sejarah sebagai pahlawan dan sebagai bangsa yang tidak ada. Jika mereka menghancurkan diri mereka sendiri, mereka bahkan tidak akan memiliki kepahlawanan."
Baca: Sesama Yahudi, Zelensky Tegur Israel yang Tak Mau Beri Senjata Lawan Rusia
FRANCE 24 | THE MOSCOW TIMES