TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina menolak seruan Rusia untuk menyerahkan kota pelabuhan Mariupol pada Senin, 21 Maret 2022. Di kota itu, Rusia dituduh mengepung penduduk sipil dengan sedikit makanan, air dan listrik.
"Tidak ada pertanyaan tentang penyerahan dan peletakan senjata," tulis berita Ukrainska Pravda mengutip Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk pada Senin pagi. "Kami telah memberi tahu pihak Rusia tentang ini."
Rusia sebelumnya meminta pasukan Ukraina di Mariupol untuk meletakkan senjata. Rusia juga mengatakan bencana kemanusiaan yang mengerikan sedang berlangsung.
Mariupol telah beberapa kali dibom oleh Rusia sejak invasi Ukraina pada 24 Februari 2022. Sekitar 400.000 penduduknya terperangkap dengan sedikit makanan, air, dan listrik di kota tersebut.
Pertempuran berlanjut di dalam kota pada hari Minggu, menurut Gubernur Regional Pavlo Kyrylenko, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Vereshchuk mengatakan lebih dari 7.000 orang dievakuasi dari kota-kota Ukraina melalui koridor kemanusiaan pada hari Minggu, lebih dari setengahnya dari Mariupol. Dia mengatakan pemerintah berencana mengirim hampir 50 bus ke sana hari ini untuk evakuasi lebih lanjut.
Rusia berambisi menguasai Mariupol karena akan membantu pasukannya untuk mengamankan koridor darat ke semenanjung Krimea. Wilayah ini telah dicaplok Moskow dari Ukraina pada 2014.
Sejak invasi Rusia, sekitar 10 juta warga Ukraina telah mengungsi, termasuk 3,4 juta orang ke negara-negara tetangga seperti Polandia.
Baca: Kinzhal Digunakan Rusia di Ukraina, Ini Negara Pemilik Rudal Hipersonik
REUTERS