TEMPO.CO, Jakarta - Iskandar, satu dari sembilan WNI yang terjebak di kota Chernihiv, Ukraina, menceritakan suasana mencekam saat dia bersama delapan rekan sejawatnya terjebak dalam kepungan pasukan Rusia. Dia mengaku sangat frustasi selama berada di Chernihiv dalam tiga minggu ke belakang, karena gempuran Rusia terus berlangsung.
Di Ukraina, Iskandar bekerja di sebuah pabrik plastik. Menurutnya, dalam empat hari terakhir, gempuran Rusia ke Chernihiv terasa semakin sering. Setelah dia dan rekannya pulang, Iskandar mendengar kabar bahwa pabrik tempatnya bekerja, sudah dibombardir.
Baca juga:
"Siang - malam tak berhenti-henti (bombardir). Kami merasa sudah dekat dengan maut," kata Iskandar, Jumat, 18 Maret 2022.
Tim penyelamat menutupi tubuh warga yang terbunuh oleh penembakan saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di Chernihiv, Ukraina, 17 Maret 2022. Sekitar 3,2 juta warga sipil, kebanyakan wanita dan anak-anak telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga. Press service of the State Emergency Service of Ukraine/Handout via REUTERS
Iskandar merasa bersyukur bisa lolos dari maut. Dia juga memberi apresiasi pada pemerintah yang kerap memberikan dukungan moril selama bertahan di Chernihiv, hingga dievakuasi.
Saat ini, Iskandar dan delapan rekannya telah diungsikan dari Chernihiv. Berdasarkan laporan Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha di lokasi kejadian, Jumat, 18 Maret 2022, mereka saat ini sudah melewati perbatasan Polandia untuk menuju kantor Kedutaan Besar RI di Warsawa.
Rencananya, 9 WNI dari Chernihiv itu akan dipulangkan ke Indonesia pada Minggu, 20 Maret 2022, setelah mengikuti beberapa rangkaian pemeriksaan kesehatan.
Total dari 165 WNI yang ada di Ukraina, 133 sudah diungsikan dan 32 memilih bertahan. Mayoritas yang bertahan adalah mereka yang menikah dengan warga Ukraina dan staff dari KBRI Kyiv.
Beberapa kali upaya evakuasi WNI harus ditunda karena jalur evakuasi menjadi medan tempur. Judha mengatakan saat jumpa pers minggu lalu, serangan yang terjadi di Chernihiv telah mengganggu layanan umum, seperti air, listrik, gas, dan jaringan komunikasi.
Chernihiv merupakan kota yang menjadi salah satu medan pertempuran invasi Rusia ke Ukraina. Wali Kota Chernihiv, Vladyslav Atroshenko, pada Kamis pekan lalu, menyebut bahwa wilayahnya telah dikepung pasukan Rusia. Infrastruktur penting kota untuk 300 ribu penduduknya dengan cepat hancur karena dibombardir berulang kali.
Ukraina adalah negara bekas pecahan Uni Soviet, yang ingin menjadi negara anggota NATO dan Uni Eropa. Tindakan Ukraina itu, dipandang Moskow bisa mengancam keamanan dan pengaruh Rusia di kawasan.
Baca juga: Rusia Dituduh Tembak 10 Warga Ukraina yang Sedang Antre Roti
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.