TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pemimpin berpengaruh Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev akhirnya buka suara setelah kerusuhan yang terjadi di negara tersebut beberapa pekan lalu. Dia merilis sebuah video pendek pada hari Selasa.
Dalam videonya, dia membantah telah melarikan diri dari Kazakhstan di tengah ketegangan dengan presiden saat ini. Ini adalah pertama kalinya Nursultan Nazarbayev, yang memimpin Kazakhstan selama 29 tahun, berbicara secara terbuka tentang protes dan pertumpahan darah di negara tersebut.
Nursultan Nazarbayev membantah bahwa ada ketegangan antara dia dan penggantinya, Presiden Kassym-Jomart Tokayev. Beberapa pihak berspekulasi bahwa keretakan antara keduanya berperan memperburuk kerusuhan.
Protes di Kazakhstan, negara kaya minyak dan gas berpenduduk 19 juta di Asia Tengah, dimulai pada 2 Januari di sebuah kota kecil di barat karena harga bahan bakar yang hampir dua kali lipat. Tapi protes cepat menyebar ke seluruh negeri. Pengunjuk rasa memprotes pemerintahan yang dinilai otoriter. Aksi itu berubah menjadi kerusuhan kekerasan yang menewaskan lebih dari 220 orang.
Tokayev berusaha menenangkan massa dengan mengumumkan batas 180 hari pada harga bahan bakar. Ia juga mencopot Nursultan Nazarbayev sebagai kepala Dewan Keamanan Nasional, sebuah jabatan berpengaruh yang diduduki sejak mengundurkan diri.
Langkah itu dilihat oleh beberapa orang sebagai upaya untuk mengakhiri patronase mantan pemimpin yang telah memicu ketegangan di antara elit penguasa Kazakhstan.
Dalam pidato videonya Selasa, Nazarbayev, 81, menolak tuduhan ini. “Tidak ada konflik atau konfrontasi di kalangan elit negara. Desas-desus dalam hal ini sama sekali tidak berdasar,” katanya.
Dia juga menepis laporan yang mengklaim telah meninggalkan negara itu, dan mendukung langkah Tokayev untuk mengambil alih sebagai kepala Dewan Keamanan Nasional. “Pada 2019, saya menyerahkan wewenang presiden kepada Kassym-Jomart Tokayev, dan sejak itu menjadi pensiunan. Saya saat ini menikmati pensiun di ibukota Kazakhstan, tidak pernah pergi ke mana pun. Presiden Kassym-Jomart Tokayev memiliki kekuatan penuh, dia adalah ketua Dewan Keamanan,” kata Nazarbayev.
Menurut pejabat Kazakhstan, 227 orang tewas dalam kekerasan itu, termasuk 19 petugas polisi dan prajurit. Lebih dari 4.300 orang terluka, dan ribuan telah ditahan oleh pihak berwenang.
Untuk memadamkan kerusuhan, Tokayev meminta bantuan dari aliansi militer pimpinan Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), yang terdiri dari enam negara bekas Soviet. Blok tersebut mengirim lebih dari 2.000 tentara ke Kazakhstan dan menarik mereka setelah beberapa hari.
Baca: Rusia Menarik Pasukan Koalisi Militer dari Kazakshtan
AL JAZEERA