TEMPO.CO, Jakarta - Komisi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai pelanggaran berat HAM baru-baru ini di Myanmar merupakan "eskalasi kekerasan yang mengkhawatirkan".
Pernyataan itu merujuk pada laporan bahwa pasukan keamanan membunuh dan membakar hidup-hidup sebelas orang, termasuk lima warga di bawah umur.
"Kami terkejut dengan eskalasi pelanggaran HAM yang mengkhawatirkan di Myanmar," kata juru bicara Komisaris Tinggi HAM PBB Rupert Colville dalam konferensi pers pada Jumat, 10 Desember 2021
"Dalam seminggu terakhir saja, pasukan keamanan telah membunuh dan membakar sampai mati 11 orang dan menabrakkan kendaraan ke pengunjuk rasa yang menggunakan hak mendasar mereka untuk berkumpul secara damai," ujar dia.
Colville mengatakan bahwa lebih dari 10 bulan sejak militer Myanmar menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis, situasi HAM negara itu semakin menurun "dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Kantor HAM PBB memuji "orang-orang berani dan tangguh" Myanmar yang memperingati Hari Hak Asasi Manusia pada Jumat, dengan melakukan protes diam universal untuk menentang kudeta militer.
"Pada dasarnya ada kelompok-kelompok penentang pemerintah yang tampaknya merasa tidak punya pilihan selain mengangkat senjata karena tidak ada dialog, tidak ada resolusi politik terhadap situasi tersebut," kata Colville, ketika ditanya apakah konflik di Myanmar telah berubah menjadi perang saudara.
"Dan militer telah meningkatkan keberadaannya di berbagai bagian negeri dalam beberapa bulan terakhir, yang telah kami tandai."
Selanjutnya: Dendam setelah Milisi Sergap Pasukan Militer