TEMPO.CO, Jakarta - Oposisi utama Selandia Baru, Partai Nasional, pada Selasa memilih mantan kepala eksekutif maskapai penerbangan nasional sebagai pemimpin barunya untuk menghadapi Perdana Menteri Buruh Jacinda Ardern dalam pemilihan umum 2023.
Christopher Luxon, yang memimpin Air New Zealand selama tujuh tahun hingga September 2019, diangkat ke jabatan puncak partai hanya setahun setelah memasuki parlemen menyusul krisis kepemimpinan di Partai Nasional, yang telah menyebabkan empat pemimpin diganti dalam beberapa tahun.
Dia masuk setelah Judith Collins, yang memimpin kampanye Partai Nasional dalam kekalahan pemilihan terburuknya pada tahun 2020, disingkirkan minggu lalu
"Hari ini kami menarik garis di bawah peristiwa empat tahun terakhir, dan kami menempatkan mereka di belakang kami," kata Luxon dalam pidatonya setelah dia ditunjuk sebagai pemimpin, dilaporkan Reuters, 30 November 2021.
Pengangkatan Luxon akan memberi tekanan pada Ardern, yang popularitasnya telah terpukul dalam beberapa pekan terakhir karena kegagalan dalam memvaksinasi populasi dengan cepat dan meningkatnya kemarahan atas pembatasan pandemi dan penutupan perbatasan yang ketat oleh pemerintahnya.
Jacinda Ardern telah menikmati dukungan pribadi yang sangat besar, tetapi jajak pendapat 1News Colmar Brunton baru-baru ini menunjukkan peringkatnya sebagai perdana menteri pilihan telah turun 5 poin dari September menjadi 39%.
Partai Nasional telah berada dalam kekacauan sejak kehilangan kekuasaan dari Ardern pada tahun 2017, yang disebabkan oleh pertikaian internal, perubahan kepemimpinan, dan skandal.
Luxon, 51 tahun, memegang jabatan senior di perusahaan barang konsumen global Unilever sebelum pindah ke Air New Zealand dan memimpin maskapai antara 2012 dan 2019, selama waktu itu menghasilkan keuntungan yang konsisten.
Dia terpilih menjadi anggota Parlemen untuk elektorat Botany hanya dalam pemilihan 2020.
"Saya telah membangun karir dari membalikkan nasib perusahaan yang berkinerja buruk dan saya akan membawa pengalaman dunia nyata itu ke peran ini," katanya.
Sebagai anak didik mantan Perdana Menteri John Key, Luxon membela iman Kristennya dalam konferensi pers perdananya dengan mengatakan bahwa imannya telah "disalahartikan dan digambarkan dengan sangat negatif".
"Saya ingin menjadi sangat jelas, kami memiliki pemisahan antara politik dan keyakinan," katanya kepada wartawan.
Luxon mengatakan dia tidak mendukung eutanasia dalam referendum atau reformasi aborsi Selandia Baru.
Baca juga: Anggota Parlemen Selandia Baru Bersepeda ke Rumah Sakit untuk Melahirkan
REUTERS