TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Saudi di Yaman ditarik dari pangkalan militer utama di distrik Burayqah di kota pelabuhan selatan Aden. Mereka memindahkan pasukan, perangkat keras dan artileri berat.
Menurut sumber Reuters, sejumlah anggota pasukan dan peralatan dimuat di kapal perang di pelabuhan Aden, sementara yang lain terbang dari bandara kota. Konvoi panjang militer kerajaan Saudi terlihat pada hari Selasa menuju dari pangkalan militer Burayqah ke pelabuhan Aden, kata saksi.
Juru bicara koalisi pimpinan Saudi, Jenderal Turki al-Malki, mengatakan kepada Reuters bahwa laporan yang beredar tentang penarikan militer Saudi dari Yaman selatan "tidak benar dan tidak berdasar".
Menurut dia, pasukan koalisi untuk memerangi kelompok Houthi yang didukung Iran, hanya dipindahkan sesuai strategi.
"Pergerakan dan penempatan kembali pasukan berdasarkan penilaian operasional dan taktis adalah operasi standar di semua pasukan militer di seluruh dunia", kata Jenderal Malki, seperti disiarkan Kamis, 11 November 2021.
Penarikan baru pasukan Saudi mengikuti diplomasi intens dari Amerika Serikat dan PBB untuk mengakhiri konflik tujuh tahun yang telah menewaskan puluhan ribu dan membuat jutaan orang dalam risiko kelaparan.
Utusan AS untuk Yaman Timothy Lenderking mengunjungi Riyadh minggu ini ketika Washington menekan Arab Saudi untuk mencabut blokade di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Houthi, sebuah syarat dari kelompok yang berpihak pada Iran untuk memulai pembicaraan gencatan senjata.
Namun Riyadh pertama-tama menginginkan senjata AS untuk membantu kerajaan memperkuat sistem pertahanannya setelah serangan Houthi di wilayahnya dengan drone dan rudal balistik.
Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan senjata besar pertamanya ke Arab Saudi di bawah Presiden Joe Biden dengan penjualan 280 rudal udara-ke-udara senilai hingga 650 juta dolar AS, kata Pentagon pekan lalu.
Rabu malam, ledakan besar terdengar di ibu kota Sanaa menyusul serangan udara oleh pesawat tempur koalisi, kata penduduk. Ini mengikuti beberapa rudal balistik yang ditembakkan oleh Houthi di wilayah selatan Saudi dan provinsi Yaman Marib dan Taiz, kata juru bicara militer Houthi.
Duta besar dari lima anggota tetap Dewan Keamanan juga mengadakan pertemuan dengan duta besar Saudi untuk Yaman, Mohammed Al-Jaber, di mana mereka menekankan perlunya de-eskalasi, termasuk segera mengakhiri permusuhan di wilayah Marib.
"Semua pihak Yaman harus terlibat dalam dialog yang tulus untuk mencapai solusi politik yang komprehensif untuk mengakhiri krisis di Yaman dan meringankan penderitaan kemanusiaan rakyatnya," demikian pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan itu.
Koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) melakukan intervensi di Yaman pada 2015 setelah pasukan Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional dari ibu kota, Sanaa.
UEA telah mengurangi kehadiran militernya di negara itu sejak 2019.