TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan di lembaga pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, FDA menyatakan vaksin covid-19 buatan Moderna Inc. tak memenuhi kriteria untuk dijadikan suntikan penguat atau booster. Sebabnya dua dosis suntikan vaksin Covid-19 Moderna masih cukup efektif menangkal corona dan tak perlu ditambah penguat.
FDA menyatakan dalam dokumennya bahwa suntikan booster memang meningkatkan antibodi untuk melindungi tubuh dari covid-19. Namun perbedaan antara sebelum suntikan dan setelah diberi booster tak cukup signifikan.
Dokumen-dokumen itu dirilis menjelang pertemuan akhir pekan ini dari penasihat ahli yang berasal dari luar FDA untuk membahas dosis booster vaksin covid-19. FDA biasanya mengikuti saran dari para ahlinya meski saran itu tidak mengikat. Panel penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS akan bertemu minggu depan untuk membahas rekomendasi spesifik tentang siapa yang bisa menerima booster.
"Tentu saja ada peningkatan antibodi dari vaksin booster namun tidak diketahui berapa jumlah yang dibutuhkan. Juga tidak jelas berapa banyak peningkatannya dalam penelitian ini," ujar John Moore, profesor mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medical College di New York melalui email.
Moderna sedang mencari otorisasi untuk dosis booster 50 mikrogram. Dosisnya setengah dari kekuatan vaksin yang diberikan dalam dua suntikan dengan jarak sekitar empat minggu.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencananya meluncurkan dosis booster untuk kebanyakan orang dewasa. Namun sejumlah ilmuwan FDA mengatakan dalam artikel di jurnal The Lancet bahwa tidak ada cukup bukti bahwa semua orang memerlukan suntikan booster.
Negara yang telah memberikan vaksin booster Covid-19 untuk warganya adalah Israel. Negara ini menggunakan vaksin booster buatan Pfizer/BioNTech untuk penduduknya.
Baca: Moderna Menolak Bagikan Resep Vaksin Corona
REUTERS