TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Tunisia pada Minggu, 3 Oktober 2021, menahan seorang anggota parlemen dan seorang pembawa acara di televisi karena telah mengkritik Presiden Tunisia Kais Saied. Presiden Saied berkuasa di Tunisia sejak Juli 2021.
Samir Ben Omar, pengacara kedua pihak yang ditahan itu, mengatakan militer Tunisia telah memerintahkan agar dilakukan penahanan. Tuduhan yang dikenakan pada keduanya adalah dugaan telah berkonspirasi melawan keamanan negara dan menghina militer Tunisia setelah keduanya muncul dalam sebuah program dii stasiun televisi Zaytouna.
Suasana unjuk rasa menolak perebutan kekuasaan presiden di Tunisia, 18 September 2021. REUTERS/Zoubeir Souissi
Dalam acara televisi tersebut, keduanya mengkritik keras Presiden Saied dan menyebutnya seorang pengkhianat. Kepolisian dan militer Tunisia belum mau berkomentar mengenai hal ini.
Presiden Saied membekukan parlemen Tunisia, mencabut imunitas para anggota parlemen dan mengambil alih otoritas eksekutif sejak Juli 2021. Pada akhir bulan lalu, dia mengatakan akan mengabaikan sebagian besar konstitusi dan mengatur negara melalui dekrit untuk periode yang batas waktunya belum ditentukan.
Tunisia selama bertahun-tahun mengalami stagnansi ekonomi dan kelumpuhan politik. Intervensi yang dilakukan Saied awalnya disambut oleh banyak warga Tunisia, namun muncul keraguan terhadap pertumbuhan demokrasi Tunusia. Revolusi Tunisia pada 2011 telah mengakhiri pemerintahan otokratis dan memicu gelombang Arab spring.
Presiden Saied meyakinkan dia tidak akan menjadi seorang diktator dan berjanji akan menegakkan hak-hak dan kebebasan. Sejak Juli 2021, sejumlah anggota parlemen ditahan saat kekebalan mereka dicabut.
Baca juga: Turis Indonesia Bisa Masuk Phuket Tanpa Karantina, Syaratnya Sudah Divaksin
Sumber: Reuters