TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa pelajar perempuan di Afghanistan pada Sabtu, 18 September 2021, kembali ke sekolah dengan sistem pemisahan gender di kelas. Namun tidak sedikit pula murid perempuan yang masih waswas untuk kembali bersekolah, termasuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Sebagian besar sekolah di Ibu Kota Kabul masih tutup sejak kelompok radikal Taliban mengambil alih kekuasaan sebulan lalu. Taliban sudah meyakinkan tidak akan kembali ke kebijakan mereka yang fundamentalis. Itu artinya anak perempuan boleh mendapatkan pendidikan.
Sejumlah siswa sebuah sekolah mengikuti pelajaran kimia dalam di kelas berdinding lumpur di Afganistan, tahun 1960. Putri pemilik foto-foto ini mengenang Afganistan sebagai negara dengan sejarah dan budaya berusia ribuan tahun. Dailymail.co.uk/Dr Bill Podlich
Taliban pernah berkuasa di Afghanistan pada 1996 sampai 2001. Kelompok radikal itu sudah berjanji anak-anak perempuan Afghanistan bisa belajar, namun ruang kelasnya dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.
Nazife, seorang guru di sekolah swasta di Kabul mengatakan sekolahnya sudah membuat sejumlah renovasi (perubahan) agar sekolah bisa di buka lagi. Sekolah tempat Nazife mengajar awalnya menggabungkan antara murid laki-laki dan perempuan.
“Murid perempuan belajar pada pagi hari dan laki-laki pada sore hari. Guru laki-laki hanya mengajar untuk murid laki-laki dan guru perempuan mengajar untuk murid perempuan juga,” kata Nazife.
Akan tetapi, masih ada ketidak-pastian yang dialami beberapa murid perempuan di sekolah tingkat menengah. Pada Jumat, 17 September 2021, Kementerian Pendidikan Afghanistan mengatakan murid laki-laki di SMP bisa segera bersekolah, namun untuk pelajar perempuan belum diputuskan.
Baca juga: 5 Cara Menjadi Sukses di Usia Muda Menurut Nadiem Makarim
Sumber: Reuters