TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Australia dan Amerika sepakat untuk memperpanjang kerjasama operasi militer usai pengumuman mereka dan Inggris akan bersama-sama membangun kapal selam nuklir. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah memperbolehkan pesawat Militer Amerika melakukan patroli di wilayah Australia secara rutin.
Keputusan tersebut diduga berkaitan dengan protes yang diajukan Cina dan Prancis perihal pembangunan kapal selam nuklir Australia. Cina, misalnya, mengatakan bahwa kesepakatan tersebut merusak stabilitas dan kedamaian regional karena menggenjot perlombaan persenjataan dan bertentangan dengan upaya pengendalian nuklir.
"Kami memperbesar postur kerjasama secara signifikan, mulai dari meningkatkan operasi bersama hingga memperdalam aktivitas di Indo-Pasifik. Hal itu meliputi izin bagi Amerika untuk menerbangkan pesawat militernya di wilayah Australia," ujar Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton, pada Kamis, 16 September 2021.
Selain memperbolehkan pesawat Militer Amerika untuk secara berkala berpatroli di wilayah Australia, kesepakatan kedua negara juga berkaitan dengan logistik dan perawatan persenjataan. Amerika, kata Dutton, berjanji akan memberikan bantuan teknis dan logistik untuk kapal selam militer dan angkatan darat Australia.
Menteri Pertahanan Amerika, Lloyd Austin, menambahkan bahwa kesepakatan yang diteken dengan Australia otomatis memperbesar keberadaan negaranya di Negeri Kangguru itu. Harapannya, hal tersebut akan berperan juga dalam melawan balik pengaruh Militer Cina yang kian besar di Indo-Pasifik.
Secara terpisah, juru bicara Pemerintah Amerika Jen Psaki menyebut kesepakatan militer antara Amerika dan Australia, baik soal operasi militer maupun kapal selam nuklir, tidak bertujuan untuk mencari gara-gara dengan negara lain, termasuk Cina. Walau begitu, Psaki membenarkan pernyataan Austin bahwa di balik kesepakatan itu ada kekhawatiran soal menguatnya pengaruh Cina di Indo-Pasifik.
"Kami tidak mencari konflik dengan Cina," ujar Psaki.
Psaki menambahkan bahwa Amerika juga tidak mencari gara-gara dengan Prancis yang merasa ditelikung karena kesepakatan kapal selam nuklir Amerika - Australia sekaligus membatalkan proyek kapal selam US$40 miliarnya. "Mereka sudah diberitahu sebelum kami membuat kesepakatan (dengan Australia)," ujar Psaki.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri prancis Jean-Yves Le Drian menuduh Presiden Amerika Joe Biden bersikap layaknya Trump, mengambil kesepakatan diam-diam yang merugikan Prancis. Jika Amerika tak menelikung, Prancis menyakini kesepakatan pengadaan 12 kapal selam diesel dengan Australia akan tetap bertahan dan menguntungkan mereka.
Baca juga: Amerika Serikat dan Inggris Sepakat Bantu Australia Bangun Kapal Selam Nuklir
ISTMAN MP | REUTERS