TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok pemberontak bersenjata di Tigray, Ethiopia, diduga telah membunuh 120 warga sipil di wilayah itu dalam waktu dua hari.
Sewnet Wubalem, administrator lokal di Dabat dan Chalachew Dagnew, Juru bicara wilayah kota Gondar, mengkonfirmasi pembunuhan itu terjadi di desa Dabat pada 1 dan 2 September 2021.
“Sejauh ini kami telah menemukan 120 jenazah. Mereka semua adalah petani yang tidak berdosa, namun kami menduga jumlah yang sesungguhnya lebih besar. Masih banyak korban hilang,” kata Sewnet kepada Reuters lewat sambungan telepon.
Sedangkan Chalachew mengatakan pihaknya sudah mengunjungi area penguburan di desa Dabat. Diantara korban tewas adalah perempuan, lansia dan anak-anak.
Seorang wanita menggendong bayi saat dia mengantre untuk mendapatkan makanan, di sekolah dasar Tsehaye, yang diubah menjadi tempat penampungan sementara bagi orang-orang yang terlantar akibat konflik, di kota Shire, wilayah Tigray, Ethiopia, 15 Maret 2021. REUTERS/Baz Ratner/File Photo
Kelompok Bersenjata Tigray menerbitkan surat pernyataan yang menolak tuduhan adanya pembunuhan itu dan menyebutnya sebagai tuduhan yang dibuat-buat oleh pemerintah daerah Amhara. Mereka pun menegaskan tidak terlibat pada pembunuhan warga sipil.
Jika laporan dugaan pembunuhan itu benar terjadi, maka ini menjadi pembunuhan dalam jumlah terbesar terhadap warga sipil oleh kelompok bersenjata sejak mereka merebut wilayah Amhara. Puluhan ribu orang melarikan diri dari tempat tinggal mereka di Amhara menyusul militan bersenjata yang semakin merangsek di sana.
Baca juga: 100 Ribu Anak-anak di Tigray Ethiopia Terancam Gizi Buruk
Sumber: Reuters