TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jepang dan Pemerintah Daerah Tokyo mengajukan permohonan ke berbagai rumah sakit Tokyo agar mau menerima lebih banyak pasien COVID-19. Hal tersebut menyusul terus memburuknya pandemi di Tokyo yang belum lama ini rampung menyelenggarakan Olimpiade.
Menurut laporan Reuters, kurang dari 1 per 10 pasien COVID-19 yang diterima oleh rumah sakit Tokyo. Kebanyakan harus dilarikan ke luar Tokyo. Hal itu membuat banyak pasien COVID-19 di Tokyo berjuang sendiri di tengah gelombang kelima pandemi yang dipicu oleh kehadiran varian Delta.
"Varian Delta lebih buruk dari varian sebelumnya. Kami mengharapkan lebih banyak dukungan dari komunitas medis untuk mengamankan ranjang di rumah sakit untuk pasien COVID-19," ujar Gubernur Tokyo Yuriko Koike, Senin, 23 Agustus 2021.
Ini adalah pertama kalinya Pemerintah Jepang dan Tokyo mengeluarkan permohonan ke rumah-rumah sakit di Tokyo. Hal itu sendiri, sebenarnya, diatur dalam undang-undang pengendalian penyakit menular.
Sejumlah relawan beristirahat sambil memberikan dukungan saat pertandingan panahan Olimpiade Tokyo 2020 di Yumenoshima Park Archery Field, Tokyo, Jepang, Senin, 26 Juli 2021. Penyelenggaraan Olimpiade yang diselenggarakan tanpa penonton dari kalangan umum tersebut merupakan keputusan di tengah kondisi darurat COVID-19 yang sedang diberlakukan di Ibu Kota Jepang. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Sebelumnya, Pemerintah Jepang dan Tokyo juga dikabarkan mempertimbangkan penggunaan venue Olimpiade Tokyo sebagai fasilitas medis COVID-19. Jadi, misalkan rumah sakit tidak mampu atau tidak mau menampung pasien COVID-19, mereka bisa dirawat di venue-venue yang ada.
"Para ahli medis telah mendesak penggunaan sejumlah fasilitas Olimpiade yang dimiliki Pemerintah Tokyo seperti Tokyo Aquatics Centre (lokasi renang) dan Musahino Forest Sport Plaza (lokasi badminton)," sebagaimana dikutip dari harian Jepang, Sanke Newspaper, Ahad kemarin.
Kendala yang dihadapi Jepang sekarang, sebagian venue Olimpiade Tokyo masih akan digunakan untuk Paralimpiade. Jadi, kalaupun penggunaan venue dipastikan, sebagian besar baru bisa digunakan setelah Paralimpiade rampung pada 5 September nanti.
Kendala lainnya, Pemerintah Jepang harus memastikan ada cukup sumber daya manusia, perlengkapan medis, serta protokol yang mumpuni. Nah, menurut laporan Sanke Newspaper, jumlah SDM plus peralatan medis pun terbatas yang membuat berbagai rumah sakit kelimpungan menghadapi pertambahan kasus yang besar.
Per berita ini ditulis, Jepang tercatat memiliki 1.300.353 kasus dan 15.631 kematian akibat COVID-19. Dalam 24 jam terakhir, jumlah kasus di sana bertambah 22.285 sementara jumlah kematian bertambah 35 orang. Adapun angka kasus baru per hari masih di atas 20 ribu orang.
Baca juga: Jepang Kaji Penggunaan Venue Olimpiade Tokyo Sebagai Fasilitas Medis COVID-19
ISTMAN MP | REUTERS