TEMPO.CO, Jakarta - Blok militer atlantik utara, NATO, meminta Taliban untuk tidak berurusan dengan kelompok teroris lagi, apalagi menyambut mereka di Afghanistan. Jika tidak, maka NATO akan melakukan serangan militer. NATO menyakini mereka masih memiliki cukup kekuatan militer untuk menghajar Taliban serta kelompok teroris.
"Mereka yang mengambil alih kekuasaan memiliki tanggung jawab untuk tidak memberikan tempat bagi kelompok teroris internasional. Kami masih mampu menyerang kelompok teroris dari jauh," ujar Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 18 Agustus 2021.
Peringatan dari Stoltenberg mengacu pada sejarah Taliban dan kelompok teroris Al Qaeda. Ketika pentolan Al Qaeda Osama bin Laden mengkoordinir serangan ke gedung WTC pada 11 September 2001, Taliban adalah pihak yang menampung dan melindunginya. Kala itu, Taliban memang menguasai Afghanistan.
Hubungan keduanya sendiri bisa ditarik mundur hingga ke tahun 70an. Ketika Soviet mencoba mengokupasi Afghanistan, cikal bakal Taliban dan Al Qaeda berjuang bersama sebagai Mujahidin.
Adapun keputusan Taliban melindungi Al Qaeda menjadi pemicu utama tentara-tentara internasional menyerbu Afghanistan pada 2001. Amerika merupakan salah satu motor utamanya. Mereka mencoba mengambil alih pemerintahan dari Taliban dan membentuk pemerintahan definitif yang baru.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. REUTERS/Francois Lenoir
Pemerintahan definitif itu berhasil terbentuk dan bertahan selama dua dekade. Namun, pada Senin kemarin, pemerintahan itu hancur. Ketika Amerika memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan, Taliban dengan cepat mengambil alih kekuasaan Afghanistan. Sekarang, semua pihak panik perihal apa yang akan terjadi.
Stoltenberg berkata, dirinya sudah meminta Taliban untuk tidak coba-coba menghalangi warga meninggalkan Afghanistan. Selain itu, ia juga meminta Taliban untuk melindungi warga yang hendak pergi tersebut.
"Negara anggota kami juga setuju untuk mengirim lebih banyak pesawat evakuasi ke Afghanistan," ujar Stoltenberg.
Stoltenberg mengakhiri pernyataannya dengan menyalahkan Pemerintah Afghanistan, bukan Amerika. Ia frustasi dengan kepemimpinan Presiden Ashraf Ghani yang memberi ruang pada Taliban untuk menyerang balik dengan cepat.
"Sebagian dari Militer Afghanistan berjuang dengan gigih. Namun, mereka gagal melindungi negara mereka akibat kepemimpinan yang gagal berhadapan dengan Taliban untuk mencapai kesepakatan damai," ujar Stoltenberg menegaskan.
Baca juga: Ini Faktor Kenapa Taliban Bisa Kuasai Afganistan Nyaris Tanpa Perlawanan
ISTMAN MP | REUTERS
Catatan redaksi: Berita ini mengalami koreksi perihal kerjasama Taliban dan Al Qaeda. Di tahun 1970an, Taliban dan Al Qaeda belum terbentuk, namun cikal bakalnya sudah berjuang bersama.