TEMPO.CO, Jakarta - Facebook menghapus akun Rusia yang meminta influencer mendorong konten antivaksin Covid-19. Akun yang dicurigai tersebut adalah Fazze, anak perusahaan pemasaran yang terdaftar di Inggris AdNow.
Akun dihapus karena terkait dengan Fazze sebanyak 65 akun Facebook dan 243 akun Instagram. Jaringan tersebut menggunakan akun palsu untuk menyebarkan klaim menyesatkan tentang keamanan vaksin Pfizer dan AstraZeneca. Salah satu berita bohong yang disebarkan adalah suntikan vaksin AstraZeneca akan mengubah seseorang menjadi simpanse.
Akun palsu itu menargetkan audiens Instagram dan Facebook di India, Amerika Latin dan sedikit pengguna di Amerika Serikat.
Kampanye antivaksin yang dilakukan antara lain dengan membuat artikel dan petisi menyesatkan di forum seperti Reddit, Medium dan Change.org dengan menggunakan akun palsu. Akun tersebut tersebar di platform seperti Facebook dan Instagram. Namun menurut Facebook, kampanye yang melibatkan influencer berbayar itu gagal karena hanya berdampak kecil.
Klaim palsu dan teori konspirasi tentang Covid-19 dan vaksin Covid-19 menjamur di situs media sosial dalam beberapa bulan terakhir. Perusahaan teknologi besar seperti Facebook telah dikritik oleh Amerika Serikat karena penyebaran berita bohong terutama vaksin covid-19 membuat pandemi kian sulit ditangani.
Facebook mengatakan penyebaran informasi bohong dengan melibatkan Rusia itu dimulai dengan membuat sejumlah akun palsu pada 2020. Lokasinya kemungkinan dari Bangladesh dan Pakistan, namun mengaku dari India.
Jaringan itu mengunggah meme dan komentar di platformnya. Selain vaksin AstraZeneca, berita bohong lainnya adalah jaringan Fazze mempertanyakan keamanan vaksin Pfizer dan mengaku mendapatkan dokumen AstraZeneca yang bocor.
Fazze membayar influencer di YouTube, Instagram dan TikTok di beberapa negara untuk mendorong konten antivaksin.
AdNow tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Begitu pula denan Fazze yang tak bisa dihubungi.
YouTuber Prancis Léo Grasset termasuk di antara mereka yang dihubungi oleh Fazze. Ia diminta untuk mengunggah video berdurasi 45 hingga 60 detik di Instagram, TikTok, atau YouTube yang mengkritik tingkat kematian akibat vaksin Pfizer.
Ketika Grasset meminta Fazze untuk mengidentifikasi klien mereka, perusahaan tersebut menolak. Grasset menolak tawaran itu dan mengumumkan kekhawatirannya.
Fazze meminta influencer agar tidak menyebutkan bahwa mereka dibayar. Fazze juga menyarankan mereka mengkritik pemberitaan media tentang vaksin Covid-19.
Baca: TikTok Disebut Geser Facebook Sebagai Aplikasi Terbanyak Diunduh
REUTERS | AP