Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berdamai dengan Corona, Ini Bedanya Strategi Cina dengan AS dan Inggris

Reporter

image-gnews
Warga mengantre untuk melakukan tes asam nukleat di sebuah taman di Beijing, Cina, 17 Juni 2020. Beijing pun memberlakukan lockdown ketat setelah gelombang kedua Covid-19 muncul di ibu kota Cina itu mencegah penyebarannya ke provinsi lain, termasuk dengan melarang perjalanan keluar dari ibu kota. REUTERS/Thomas Peter
Warga mengantre untuk melakukan tes asam nukleat di sebuah taman di Beijing, Cina, 17 Juni 2020. Beijing pun memberlakukan lockdown ketat setelah gelombang kedua Covid-19 muncul di ibu kota Cina itu mencegah penyebarannya ke provinsi lain, termasuk dengan melarang perjalanan keluar dari ibu kota. REUTERS/Thomas Peter
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah ahli menyatakan virus corona atau Covid-19 tidak akan hilang. Dunia diminta berdamai dengan covid-19. Namun ada yang berbeda dalam memperlakukan covid-19 antara negara-negara barat dengan Cina.

Seperti dikutip dari Global Times, para ahli mengatakan bahwa strategi penanggulangan epidemi di Cina berhasil menekan penyebaran virus dalam dua tahun terakhir. Hanya sedikit orang yang terkena dampaknya karena pencegahan dan pengendalian yang tepat.

Zhang Wenhong, pakar penyakit menular di Shanghai baru-baru ini mengatakan mayoritas ahli virologi di dunia setuju bahwa dunia harus belajar hidup dengan virus corona.

Shi Zhengli, seorang ahli virologi Tiongkok yang dikenal sebagai wanita kelelawar setelah mengidentifikasi lusinan virus mirip SARS yang mematikan di gua kelelawar, mengatakan bahwa kita harus melepaskan kepanikan dan bersiap untuk hidup dengan virus corona.

Namun bukan berarti Cina mengabaikan virus corona. Masyarakat Cina mengakui bahwa virus corona tidak akan hilang seperti halnya influenza. Sehingga cara hidup di Cina berusaha membatasi penyebaran virus dan intensitas infeksi ke tingkat terendah dan skala terkecil.

Ini berbeda dengan gagasan hidup dengan virus di Barat, seperti di Amerika Serikat atau Inggris. AS atau Inggris, Di dua negara itu setiap hari ribuan orang terinfeksi dan ratusan meninggal karena penyakit menular.

“Mengingat tingkat kematian dan penularan virus yang tinggi, Cina percaya pendekatan yang tepat adalah selalu menempatkan nyawa dan kesehatan masyarakat sebagai prioritas utama. Adapun tingkat infeksi dan kematian, semakin rendah semakin baik,” kata ahli pernapasan di rumah sakit Universitas Peking.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Varian Delta membuat kasus covid-19 di Cina kembali melonjak. Dalam beberapa pekan terakhir, varian Delta telah terdeteksi sedikitnya di 16 provinsi dan kota. Kasus muncul di kota besar seperti Beijing, Shanghai dan Wuhan.

Cina langsung bergerak dengan menerapkan pembatasan. Menurut ahli virologi Jin Dongyan dari Unibersitas Hongkong mengatakan gaya Cina sangat ekstrim. "Kami memiliki pepatah, bunuh ketika Anda menangkapnya, kekacauan ketika Anda melepaskan," ujarnya seperti dilansir dari BBC.

Sebagian besar rakyat Cina sudah divaksinasi. Namun tak seperti negara-negara barat yang melonggarkan pembatasan, Cina tetap memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat guna mencegah penyebaran corona.

Gaya yang berbeda dengan negara-negara Barat disebut karena Cina kurang percaya diri dengan vaksin buatan mereka. "Tampaknya kurangnya kepercayaan pada vaksin mereka sehingga strategi tetap dilanjutkan," kata Yanzhong Huang, rekan senior untuk kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri kepada BBC.

Baca: Mulai 9 Agustus Arab Saudi Izinkan Masuk Jamaah Umrah dari Luar Negeri

GLOBAL TIMES | BBC

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

19 menit lalu

Presiden AS Joe Biden saat kunjungannya di Chavis Community Center di Raleigh, North Carolina, AS, 26 Maret 2024. REUTERS/Elizabeth Frant
Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.


Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 jam lalu

Ilustrasi internet. (abc.net.au)
Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media


Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 jam lalu

Pengolahan bijih nikel di smelter feronikel PT Antam Tbk di Kolaka, Sulawesi Tenggara. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.


Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

5 jam lalu

Sebuah mesin bekerja untuk mengurangi polusi dipasang di sekitar area konstruksi saat polusi udara menyelimuti wilayah Beijing, Cina, 18 Desember 2016. REUTERS/Stringer
Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.


Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

8 jam lalu

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters. REUTERS
Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".


Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

19 jam lalu

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?


Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Bendera Korea Utara berkibar di samping kawat berduri di kedutaan besar Korea Utara di Kuala Lumpur, Malaysia, 9 Maret 2017. [REUTERS / Edgar Su]
Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.


Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia


Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Pada acara vaksinasi booster ini tersedia dosis vaksin Astra Zeneca, Sinovac, dan Pfizer di Polsek Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat 17 Juni 2022. Adanya virus omicron subvarian baru yaitu BA.4 dan BA.5 yang berpotensi membuat lonjakan kasus Covid-19. Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah
Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.


Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Mesin robot ekstraksi vaksin Covid-19 bernama AutoVacc, yang dirancang oleh Pusat Penelitian Teknik Biomedis Universitas Chulalongkorn untuk mengekstrak dosis ekstra dari botol vaksin AstraZeneca, terlihat di Bangkok, Thailand 23 Agustus 2021. Gambar diambil 23 Agustus 2021. REUTERS/Juarawee Kittisilpa
Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.