TEMPO.CO, Jakarta - Hari Raya Idul Adha tahun ini terasa berbeda bagi warga Afghanistan. Bukan karena pandemi Covid-19 saja, tetapi karena adanya ancaman dari kelompok pemberontak Taliban. Sejak Pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk menarik militernya dari Timur Tengah, Taliban semakin agresif memperluas wilayah kekuasaannya di Taliban.
Per berita ini ditulis, Taliban sudah menguasai kurang lebih 80 persen wilayah Afghanistan. Wilayah terbaru yang berhasil mereka ambil alih adalah distrik Dehrawood, Provinsi Uruzgan, yang berada di selatan ibu kota Afghanistan, Kabul. Tidak tertutup kemungkinan distrik yang dikuasai bertambah.
Nyatanya ancaman Taliban, ditambah pandemi Covid-19, pada akhirnya membuat warga Afghanistan tak semangat merayakan Idul Adha, Selasa, 20 Juli 2021. Meski tetap berkurban, mereka memilih untuk tetap berada di rumah masing-masing, berlindung.
Lokasi-lokasi yang biasanya ramai menjadi sepi. Penjual-penjual makanan, yang biasa diserbu pelanggan, dagangannya tak laku. Melihat situasinya, para pemilik lapak mengaku sudah tak kaget lagi jika mereka rugi besar Idul Adha kali ini.
"Tahun-tahun sebelumnya, bahkan di hari Jumat, jalanan ini selalu ramai dengan pedagang dan pembeli. Bahkan, kami sampai harus melarang mobil masuk," ujar Aminullah, pedagang aksesoris di dekat bazar Masjid Jami' Herat, dikutip dari kantor berita Al Jazeera.