Herat adalah satu dari sekian banyak kota yang sudah diambil alih Taliban dari Afghanistan. Di sana, Taliban berjaga di berbagai titik, mengantisipasi serangan dari dalam ataupun serangan balasan dari Afghanistan.
Keberadaan Taliban membuat situasi di Herat tegang. Warga takut untuk keluar dari rumah. Mereka yang berani membuka toko atau lapak, kata Aminullah, fokus dengan dagangan masing-masing, antara menanti pelanggan atau menyiapkan pesanan yang datang mendadak.
"Saya tahu apa yang saya katakan. Saya tahu peperangan seperti apa. Percayalah, seluruh warga Herat ketakutan," ujar Aminullah, yang pernah bekerjasama dengan pasukan Amerika.
Tak jauh dari tempat Aminullah berjualan, penjahit baju Gholam Nabi fokus menjahit pakaian-pakaian Idul Adha. Tak adanya pelanggan yang datang membuat ia dan karyawannya bisa fokus mengerjakan pesanan-pesanan yang mepet dibuat.
Dalam situasi normal, kata Nabi, pesanan pakaian hari raya datang paling telat dua pekan sebelumnya. Namun, tahun ini, pesanan datang mendekati Idul Adha. Tidak hanya itu, jumlah pesanan juga anjlok 90 persen. Ia menyakini hal itu dikarenakan warga ingin memantau situasi dulu, khawatir Idul Adha dirayakan dengan perang Taliban-Afghanistan.