TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Nepal Sher Bahadur Deuba memenangkan mosi tidak percaya di parlemen pada Minggu, 18 Juli 2021. Sebelumnya Mahkamah Agung mengembalikan legislatif usai dibubarkan pada Mei 2021.
Sebelumnya pada Senin 12 Juli lalu, Mahkamah Agung memerintahkan pengangkatan Deuba untuk menggantikan posisi K.P. Sharma Oli, yang sudah berkuasa selama 3 tahun di Nepal.
Oli dianggap telah melanggar konstitusi karena membubarkan parlemen. Hanya saja ketika itu, Deuba masih membutuhkan mosi percaya dari parlemen Nepal, di mana hal ini sesuai dengan konstitusi Nepal.
Dalam politik Nepal, Deuba, 75 tahun, bukan sosok yang asing. Dia sudah pernah memegang jabatan sebagai Perdana Menteri Nepal sebelumnya.
Dalam pemungutan suara parlemen lalu, dia memenangkan 165 suara parlemen atau lebih dari batas yang dibutuhkan 136 suara. Deuba menang melawan juru bicara parlemen Agni Sapkota, yang hanya mendapatkan 83 suara.
Dengan kemenangan ini, Deuba dihadapkan pada tugas berat yang diantaranya segera melakukan pengadaan vaksin virus corona dan mengendalikan penyebaran wabah Covid-19.
Di Nepal, ada 667.109 kasus infeksi virus corona. Sedangkan kematian akibat Covid-19 sebanyak 9.550 orang. Ahli kesehatan masyarakat mengatakan jumlah kasus virus corona di Nepal mungkin lebih tinggi dari yang dilaporkan.
Kurang dari 4 persen dari 30 juta jiwa warga Nepal yang mendapat suntikan dua dosis vaksin virus corona. Lebih dari 1,3 juta orang di Nepal sudah mendapatkan satu dosis vaksin Covid-19 dan menunggu suntikan dosis kedua.
“Mengatasi wabah virus corona akan menjadi prioritas pemerintah yang baru,” kata Deuba di hadapan parlemen.
Baca juga: Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka Mulai Kehabisan Stok Vaksin Covid-19
Sumber: Reuters