TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok bersenjata yang terlibat dalam kasus pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise akhirnya memberikan keterangan baru. Dikutip dari Reuters, beberapa dari mereka dikabarkan mengaku tak berniat membunuh Moise, tetapi menangkapnya. Hal tersebut disampaikan oleh sumber yang terlibat dalam penanganan kasus Moise.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Haiti Jovenel Moise tewas dalam kasus penembakan di kediamannya, Port-au-Prince, Rabu pekan lalu. Ia tewas dengan 12 tembakan di badannya. Istrinya, Martine Moise, ikut ditembak, namun berhasil bertahan hidup.
Kelompok bersenjata yang membunuh Moise dikabarkan beranggotakan 26 orang. Dua di antaranya adalah warga Haiti-Amerika bernama James Solages dan Joseph Vincent. Menurut laporan Miami Herald, yang dikutip oleh Reuters, keduanya yang mengatakan bahwa kelompok bersenjata datang ke kediaman Moise untuk menangkapnya, bukan membunuhnya.
"Mereka mengaku sebagai penerjemah untuk unit komando Kolombia yang telah mengeluarkan izin penangkapan (Presiden Jovenel Moise). Namun, ketika mereka datang, Moise sudah meninggal," ujar sumber yang sudah berbicara dengan 19 tersangka dan enggan disebutkan namanya.
Kepolisian Haiti per berita ini ditulis, belum memberikan komentar apapun soal laporan Miami Herald.
Presiden Jovenel Moise dan istrinya, Martine Moise, mendatangi lokasi gempa bumi Haiti untuk mengenang mereka yang meninggal dalam bencana alam pada 2010 lalu itu (Sumber: Reuters/ Jeanty Junior Augustin)
Pengakuan tersebut menambah keterangan-keterangan perihal kasus pembunuhan Jovenel Moise. Belum lama ini, sejumlah tersangka mengaku sebagai bagian dari grup pengamanan, bukan pembunuhan.
Sekarang, di Haiti, berkembang berbagai spekulasi, teori, ataupun konspirasi soal pembunuhan Moise. Ada yang menganggap pembunuhan tersebut tidak dilakukan oleh kelompok bersenjata asal Kolombia itu. Salah satu yang beranggapan seperti itu adalah Steven Benoit, politisi oposisi dan mantan anggota Parlemen Haiti.
"Saya menyakini para tahanan Kolombia tersebut hanya kurang beruntung. Mereka dikambinghitamkan oleh dalang aslinya," ujar Benoit yang memilih untuk tidak percaya dengan keterangan-keterangan yang diberikan pemerintah.
Ada juga yang mencurigai ketidakcocokan antara kondisi tempat kejadian perkara dengan jumlah korban. Salah satu pengacara distrik yang dilibatkan dalam investigasi kasus Moise bertanya-tanya soal kondisi TKP yang rusak parah, namun korban serangan hanya dua orang. Selain itu, tak ada korban lain selain Moise dan istrinya.
Kecurigaan-kecurigaan itu belum tentu terbukti. Haiti melibatkan berbagai negara untuk menyelidiki kasus pembunuhan Presiden Jovenel Moise. Mereka melibatkan Amerika dan Kolombia. Kedua negara merespon dengan mengirimkan agen-agennya. Amerika mengirim agen FBI, Kolombia mengirim personil Agensi Intelijen Nasionalnya.
Baca juga: Pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise Adalah Tim Komando Terlatih
ISTMAN MP | REUTERS