TEMPO.CO, Jakarta - Tanpa tedeng aling-aling, Presiden Cina Xi Jinping membuka ulang tahun 1 Abad Partai Komunis Cina dengan ancaman. Ia mengancam bakal menghajar negara-negara yang mencoba membully Cina. Walau begitu, ia tidak menyebutkan langsung siapa negara-negara yang ia maksud.
"Negara manapun yang berani mencari gara-gara dengan kami akan mendapati kepala mereka dibenturkan ke dinding besi yang dibangun 1,4 miliar warga Cina," ujar Xi Jinping dalam pidatonya di alun-alun Tiananmen, Kamis, 1 Juli 2021.
Pidato Xi Jinping tersebut berbeda dibanding biasanya. Selama ini, Xi Jinping terkenal lebih kalem dalam menebar ancaman. Professor Manajemen Publik dari Bejing Normal University berkata, tujuan utama Xi Jinping sebenarnya bukan mengancam, namun untuk tampil tangguh di negara-negara Barat.
Bulan lalu, dalam KTT G7 yang berlangsung di Cornwall, Inggris, Cina merupakan salah satu topik pembahasan utama di sana. Negara-negara G7 yang terdiri atas Amerika, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris membahas berbagai isu yang berkaitan dengan Cina mulai dari isu HAM, COVID-19, ekonomi, hingga keamanan regional.
Perihal isu HAM, misalnya, negara-negara G7 mencapai konsensus bahwa dugaan genosida dan kerja paksa oleh Cina terhadap komunitas Uighur di Xinjiang harus segera diusut. Soal ekonomi, mereka sepakat untuk membentuk inisiatif infrastruktur baru bernama Build Back Better World (B3W) untuk merespon proyek Belt and Road Cina.
Aktivis Oxfam mengenakan kepala papier mache yang menggambarkan para pemimpin G7 bersantai di pantai saat aksi protes iklim di Pantai Swanpool dekat Falmouth, selama KTT G7, di Cornwall, Inggris, 12 Juni 2021. REUTERS/Phil Noble
Sementara itu, soal COVID-19, negara-negara G7 meminta negeri tirai bambu itu untuk kooperatif mendukung upaya investigasi kedua asal-usul COVID-19. Sejumlah peneliti WHO menuduh Cina mempersulit upaya investigasi asal usul COVID-19 di Wuhan pada Januari lalu dengan ribetnya izin masuk dan dibatasinya akses ke data mentah. Tim penyelidik WHO sampai menyebut kunjungan mereka ke Cina lebih seperti audit dibanding investigasi.
Tak lama setelah KTT rampung, Cina menyebut G7 tengah melakukan manipulasi politik untuk menyudutkan dan mengintervensi urusan internal Cina. Atas hal itu, Cina menegaskan bahwa mereka akan menentang segala upaya intervensi apapun. Pidato Xi Jinping diyakini kelanjutan dari sikap itu.
"Pidato Xi Jinping adalah upayanya untuk tampil tangguh di depan negara-negara Barat. Respon ia yang lebih tegas dibanding biasaya bertujuan untuk membangun semangat patriotisme dan nasionalisme di antara warga Cina," ujar Profesor Manajemen Publik dari Beijing Normal University, Tang Renwu.
Kurt Campbell, Direktur Kebijakan Indo-Pasifik dari Presiden Amerika Joe Biden, mengatakan hubungan Cina dengan G7 dalam posisi dilematis dan kompleks. Di saat kedua kubu saling bertentangan untuk berbagai isu, ia berkata tidak sedikit juga hal-hal di mana mereka harus bekerjasama.
"Amerika tidak memiliki pengalaman ini sebelumnya. Di satu sisi, mereka harus bersikap tegas ke Cina soal isu perdagangan, Ham dan investasi. Di sisi lain, bisakah mereka kooperatif soal perubahan iklim?" ujarnya, dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Cina Sebut G7 Melakukan Manipulasi Politik untuk Sudutkan Negaranya
ISTMAN MP | REUTERS