TEMPO.CO, Jakarta - Laporan PBB yang dipublikasi pada Jumat, 18 Juni 2021, menyebutkan jumlah orang yang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka karena konflik, persekusi dan kekerasan HAM, telah meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Jumlah orang yang mengungsi untuk berlindung dari bahaya tersebut sebanyak 82,4 juta orang terhitung sampai akhir 2020.
“Pada tahun menyebarnya wabah Covid-19, di mana pergerakan secara praktik hampir mustahil bagi kita, ada lebih dari tiga juta orang terpaksa harus meninggalkan tempat tinggal mereka,” kata Komisi tinggi PBB untuk urusan pengungsi, Filippo Grandi.
Anak-anak pengungsi Suriah menaiki kendaraan untuk kembali ke rumah mereka, karena takut akan wabah penyakit virus corona (COVID-19) di kamp-kamp pengungsian yang padat, di Dayr Ballut, Suriah, 11 April 2020. REUTERS/Khalil Ashawi
Laporan PBB menjelaskan sebanyak 70 persen dari 82,4 juta orang yang mengungsi itu, berasal dari lima negara, yakni Suriah, Venezuela, Afganistan, Sudan Selatan dan Myanmar. Ada kecenderungan jumlah orang-orang yang melarikan diri dari bahaya akan bertambah sehingga PBB akan berusaha memperbaharui data sampai enam bulan ke depan.
“Kita mungkin akan melihat peningkatan lain dari angka 82,4 juta tersebut,” kata Grandi, yang menyebut dari jumlah itu sekitar 42 persen adalah anak-anak.
Laporan PBB juga menjelaskan ada peningkatan jumlah warga yang tergusur dari tempat tinggal mereka, yang di dorong oleh konflik baru, diantaranya kerusuhan di Mozambik, di Sahel wilayah barat Afrika dan di wilayah Tigray – Ethiopia. Konflik di Afganistan dan Somalia juga masih berkecamuk.
PBB sekarang ini sedang mempersiapkan kemungkinan memindahkan warga sipil yang ada di Afganistan setelah Amerika Serikat dan pasukan internasional meninggalkan negara itu pada September 2021. Grandi pun menyerukan kepada seluruh pemimpin dunia agar berhenti menjelek-jelekkan orang yang mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal mereka.
Menurutnya, membangun tembok pemisah atau memutar balik perahu pengungsi yang mengungsi lewat laut secara moral adalah tindakan tercela. Sebab mereka adalah manusia.
Baca juga: Antonio Guterres Terpilih Lagi Jadi Sekjen PBB
Sumber: Reuters