TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, akhirnya mengesahkan penggunaan vaksin COVID-19 Sinovac setelah mengujinya secara klinis. Pengesahan tersebut sekaligus berita bagus bagi negara-negara miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk menguji efikasi vaksin COVID-19 Sinovac.
Di sisi lain, pengesahan Sinovac sekaligus menegaskan bahwa vaksin buatan Cina tersebut akan masuk dalam program COVAX WHO. Selama ini, vaksin yang paling banyak dikirim WHO ke negara-negara berkembang adalah AstraZeneca karena harganya yang terjangkau dan kemudahan penyimpanannya.
"Sekarang adalah momen yang krusial untuk segera mendistribusikan vaksin ini ke orang-orang yang membutuhkan," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 1 Juni 2021.
Sebagai catatan, Sinovac adalah vaksin COVID-19 kedelapan yang mendapat pengesahan dari WHO. Jika dipersempit ke region asal, maka Sinovac adalah vaksin COVID-19 kedua asal Cina yang disahkan. Vaksin COVID-19 pertama asal Cina yang penggunaannya disetujui WHO adalah Sinopharm.
Adapun hasil uji WHO menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 Sinovac memiliki efikasi sebesar 51 persen untuk mencegah gejala parah COVID-19. Hasil tersebut sejalan dengan hasil uji oleh badan regulator di berbagai negara yang menunjukkan efikasi Sinovac berada di rentang 51-94 persen.
Indonesia, pada pertengahan Mei, mengatakan Sinovac terbukti 94 persen efektif mencegah gejala COVID-19. Hasil itu didapat badan regulator obat-obatan dan makanan Indonesia usai mempelajari dampak vaksin terhadap 120 ribu pekerja medisnya. Adapun Senin kemarin Indonesia mendapat 8 juta dosis vaksin Sinovac lagi, menambah total dosis yang diterima Indonesia 92,9 juta.
Pihak Sinovac menambahkan, mereka sudah mendistribusikan kurang lebih 600 juta dosis vaksin COVID-19 per 31 Mei 2021. Dan, dari 600 juta dosis tersebut, sebanyak 430 juta di antaranya telah disuntikkan ke masyarakat.
"Uji klinis telah memberikan bukti kuat yang mendukung penggunaan vaksin Sinovac di 40 negara," ujar CEO dari Sinovac, Weidong Yin dalam keterangan persnya menyusul pengesahan oleh WHO.
Baca juga: WHO: Sudah Saatnya Ada Perjanjian Global Soal Pandemi
ISTMAN MP | REUTERS