TEMPO.CO, Jakarta - Para penyintas Rohingya yang kabur dari Myanmar ke negara lain kemungkinan tak akan bisa kembali. Pemimpin Junta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, mengatakan bahwa ia tidak akan menerima penyintas Rohingya apabila tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di Myanmar.
"Jika tidak sesuai dengan hukum Myanmar, buat apa hal itu (menerima kembali Rohingya) dipertimbangkan? Saya rasa tidak ada satupun negara yang mau melangkahi hukumnya sendiri soal pengungsi," ujar Min Aung Hlaing, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 24 Mei 2021.
Perihal desakan komunitas internasional agar Myanmar menerima kembali muslim Rohingya dengan tangan terbuka, Min Aung Hlaing tidak ambil pusing. Ia menganggap desakan internasional tidak ngefek.
Min Aung Hlaing menjelaskan, keputusannya untuk tidak menerima muslim Rohingya mengacu pada hukum yang berlaku. Menurutnya, Myanmar tidak mengakui Rohingya sebagai salah satu kelompok etnisnya. Di sisi lain, kata Min Aung Hlaing, istilah Rohingya sendiri baru muncul ketika Myanmar merdeka dari Inggris di tahun 1948.
Pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta pada 1 Februari, memimpin parade militer pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]
"Setelah kami merdeka, sensus mengakui kata Bengali, Pakistani, Chittagong, tetapi tidak dengan Rohingya. Oleh karenanya, kami tidak mengakui mereka," ujar Min Aung Hlaing.
Pernyataan terbaru Min Aung Hlaing ini berbeda ketika ia mengkudeta administrasi Aung San Suu Kyi pada Februari lalu. Kala itu, ia berjanji bahwa akan ada repatriasi warga Rohingya di Bangladesh. Namun, tiga bulan berlalu, tidak ada tanda-tanda janji itu akan ditepati. Min Aung Hlain sibuk melindungi kuasa barunya dari perlawanan warga.
Pemerintah Bangladesh berharap Muslim Rohingya pada akhirnya akan kembali ke Myanmar. Saat ini, kata otoritas setempat, jumlah mereka menumpuk di perbatasan tenggara Bangladesh.
Kurang lebih ada 700 ribu warga Rohingya yang kabur ke sana ketika Militer Myanmar melakukan pembantaian pada 2017 lalu. Belakangan, pengungsian mereka mulai menyebar ke negara-negara tetangga Myanmar lainnya.
Baca juga: Min Aung Hlaing: Aung San Suu Kyi Sehat dan Sudah Berada di Rumah
ISTMAN MP | REUTERS