TEMPO.CO, Jakarta - Rumah sakit – rumah sakit di Osaka, Jepang, kewalahan menghadapi pasien Covid-19. Tempat tidur rumah sakit tidak ada lagi yang kosong, begitu juga alat bantu pernafasan ventilator.
Dokter-dokter yang kelelahan memperingatkan sistem kesehatan bisa lumpuh dan menyarankan agar pesta olahraga Olimpiade pada musim panas ini, ditunda.
Osaka adalah kota terbesar kedua di Jepang. Kota ini terletak di bagian barat Jepang, yang menjadi tempat tinggal 9 juta jiwa.
Presiden kapal pesiar Princess Cruises, Jan Swartz ( tengah) menyapa seorang penumpang dengan cara membungkuk setelah berakhirnya masa karantina wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di dermaga di Yokohama, Jepang, 20 Februari 2020 Princess Cruises via REUTERS
Osaka menghadapi gelombang keempat pandemi Covid-19. Sebanyak satu-per-tiga kematian di Osaka terjadi pada Mei 2021. Cepatnya penyebaran wabah Covid-19 telah membuat sistem kesehatan di Osaka kewalahan dan menggarisbawahi tantangan yang dihadapi Jepang menyusul perhelatan Olimpiade dalam dua bulan ke depan, khususnya terkait baru separuh dari staf medis Jepang yang sudah mendapatkan dua dosis suntik vaksin virus corona.
“Ini adalah sebuah keruntuhan sistem kesehatan,” kata Yuji Tohda, Direktur Rumah Sakit Universitas Kindai di Osaka.
Menurutnya telah terjadi penyebaran varian baru Covid-19 dari Inggris sehingga membuat kasus positif Covid-19, naik tajam. Ini juga menjadi peringatan terhadap kemungkinan ledakan jumlah pasien Covid-19.
Sampai Kamis, 20 Mei 2021, atau dalam sepekan ada 3.849 kasus baru positif Covid-19 di Osaka. Jumlah itu naik lebih dari lima kali lipat dibanding tiga bulan lalu.
Sekitar 14 persen dari 13.770 pasien Covid-19 di Osaka, dirawat di rumah sakit. Sisanya melakukan karantina mandiri. Sedang di Ibu Kota Tokyo, tingkat pasien Covid-19 yang di rawat di rumah sakit sekitar 37 persen.
Menurut Toshiaki Minami, Direktur dari Osaka Medical dan Rumah Sakit Universitas Pharmaceutical (OMPUH), varian baru Covid-19 bisa membuat anak-anak muda dengan cepat tertular Covid-19 dan membuat kondisi kesehatan memburuk.
Baca juga: 100 Hari Menjelang Olimpiade, Jepang Masih Waswas dengan Corona
Sumber: Reuters