TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengutarakan harapan pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada pekan ini bisa menghidupkan kembali perundingan dengan Korea Utara. Moon juga mendesak Gedung Putih agar menangani masalah ini sebagai hal yang prioritas.
Sejumlah pejabat di Korea Selatan menyatakan mereka berbesar hati dengan kebijakan yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat yang baru, yang menyerukan agar fokus pada langkah diplomatik untuk meredakan ketegangan. Namun saat yang sama, konsisten dengan tujuan akhir, yakni menghapuskan senjata nuklir Korea Utara.
Akan tetapi, di tengah pandemi Covid-19, tantangan ekonomi domestik dan politik, serta krisis kebijakan luar negeri di tempat lain, Pemerintahan Biden belum memperlihatkan sinyalemen kalau permasalahan dengan Korea Utara adalah prioritas mereka. Kondisi ini berpotensi memupuskan harapan Presiden Moon.
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang sektor lapangan pekerjaan dan ekonomi di Gedung Putih di Washington, AS, 7 April 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]
Rencananya, Presiden Moon akan tiba di Washington pada Kamis, 20 Mei 2021 dan akan berada di Negeri Abang Sam tersebut selama empat hari. Selain melakukan pertemuan dengan Biden, Moon juga akan melakukan rapat dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris dan para pucuk pimpinan Kongres Amerika Serikat.
Sumber di Pemerintah Korea Selatan mengatakan tawaran Pemerintah Biden ke Korea Utara adalah sebuah pertanda baik, yang bisa menjadi dasar dimulainya lagi pembicaraan.
“Kami sangat yakin ada sebuah upaya serius untuk membuka kembali pintu dialog. Kedua pihak bisa duduk bersama tatap muka pada satu titik. Kami tentu berharap ini bisa terjadi cepat atau lambat dan akan memfasilitasi sebisa mungkin,” kata sumber tersebut.
Pembicaraan mengenai denuklirisasi antara Pyongyang dan Washington tertunda sejak pertemuan kedua pada 2019 antara Kim Jong Un dan Donald Trump, tak membuahkan hasil. Hal ini membuat hubungan Korea Utara dan Korea Selatan memburuk karena Moon sudah menawarkan diri untuk memainkan peran sebagai mediator.
Baca juga: Korea Selatan Bawa Isu Pembuangan Limbah Fukushima ke Mahkamah Internasional
Sumber: Reuters