TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat sedang menginvestigasi kematian seorang perempuan asal Oregon setelah mendapatkan imunisasi vaksin virus corona Johnson & Johnson.
Sedangkan beberapa orang lainnya di Texas, di rawat di rumah sakit juga setelah mendapatkan imunisasi vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.
Botol berlabel "COVID-19 Coronavirus Vaccine" dan jarum suntik terlihat di depan terpampang logo Johnson & Johnson dalam ilustrasi yang diambil, 9 Februari 2021 ini. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]
Insiden itu terjadi persis saat tim penasehat akan melakukan rapat dengan CDC pada Jumat, 23 April 2021, waktu Amerika. Pertemuan itu untuk membahas apakah aman untuk melanjutkan suntikan satu dosis vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.
“Penting untuk diingat bahwa hanya karena adanya suatu laporan, bukan berarti itu disebabkan atau terkait dengan vaksin virus corona Johnson & Johnson,” kata Imelda Garcia dari badan kesehatan Texas.
CDC sudah mengetahui kejadian di Oregon pada Selasa, 20 April 2021, begitu pula kejadian di Texas. Perempuan yang meninggal tersebut berusia 50 tahun-an. Dia telah menerima suntikan dosis pertama vaksin virus corona
Pasien perempuan itu mengalami kondisi yang jarang terjadi, yakni pembekuan darah dalam tempo dua pekan setelah dia mendapatkan suntik vaksin virus corona. Trombosit perempuan itu sangat rendah.
Saat ini, pihak-pihak diminta untuk tidak saling tuding hingga investigasi rampung dilakukan.
Di tempat terpisah, seorang perempuan di Texas yang menerima vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, di rawat di rumah sakit karena mengalami gejala-gejala orang yang mengalami pembekuan darah.
Baca juga: Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Kembali Didistribusikan di Eropa
Sumber: Reuters