TEMPO.CO, Jakarta - Efektivitas vaksin COVID-19 buatan Cina ternyata tidak setinggi harapan. Hal itu diakui oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Cina, Gao Fu. Ia berkata, efektivtas vaksin COVID-19 buatan negeri tirai bambu masih kurang tinggi dan otoritas kesehatan setempat tengah berupaya untuk meningkatkannya.
"Tingkat perlindungan dari vaksin COVID-19 yang ada sekarang kurang tinggi," ujar Gao Fu, dikutip dari CNN, Senin, 12 April 2021
Baca Juga:
Gao Fu melanjutkan, tiga opsi tengah dipertimbangkan oleh otoritas kesehatan Cina. Opsi pertama, meningkatkan jumlah dosis yang perlu diberikan kepada warga. Opsi selanjutnya, mengubah ukuran atau jeda untuk suntikan dosis kedua.
Opsi yang terakhir adalah mencampur vaksin COVID-19 yang dibuat dengan teknologi berbeda. Sejauh ini, kata Gao Fu, kajian masih dilakukan untuk menentukan mana langkah yang paling pas.
Pernyataan Gao Fu pada jumpa pers di Chengdu tersebut adalah hal yang tak terduga. Selama ini, Cina rutin mengklaim bahwa vaksin COVID-19 mereka seperti Sinovac dan Sinopharm memiliki efikasi tinggi dan pantas untuk dipakai. Tidak pernah sebelumnya mereka mengakui vaksin yang ada belum sesuai harapan.
Meski pernyataan Gao Fu tersebut tak terduga, hal itu lebih ke arah adanya pengakuan dari Cina. Apabila mengacu pada kajian-kajian yang sudah beredar, rendahnya efikasi vaksin COVID-19 Cina sebenarnya bukan rahasia lagi. Hal itu sudah beberapa kali disinggung oleh berbagai negara.
Seorang perempuan menerima vaksin Covid-19 CoronaVac buatan Sinovac China setelah ratusan penduduk di distrik tersebut dinyatakan positif mengidap penyakit coronavirus di Bangkok, Thailand, 7 April 2021. [REUTERS / Athit Perawongmetha]
Sebagai contoh, dalam uji efikasi di Brasil, Sinovac didapati hanya memiliki efektivitas 50,4 persen. Di Turki, efikasinya tercatat 83,5 persen. Sementara itu, untuk dua vaksin COVID-19 buatan Sinopharm, keduanya memiliki efektivitas 79,4 persen dan 72,5 persen.
Angka tersebut ketinggalan jika dibandingkan dengan vaksin COVID-19 buatan Amerika, Pfizer serta Moderna. Pfizer memiliki efektivitas 97 persen sementara efektivitas Moderna tercata 94 persen.
Adapun vaksin-vaksin COVID-19 buatan Cina tersebut sudah dipakai di lebih dari 60 negara. Salah satu di antaranya adalah Indonesia. Saking banyaknya negara yang memakai vaksin mereka, beberapa pihak sempat menduga Cina mencoba memainkan pengaruhnya dengan memanfaatkan kebutuhan atas vaksin COVID-19,
Merespon pernyataan Gao Fu, Pemerintah Cina langsung memblokir diskusi atau konten terkait di internet. Selain itu, via Global Times, mereka juga menerbitkan klarifikasi dari Gao yang menyatakan statementnya disalahpahami.
"Tingkat perlindungan terkadang bisa tinggi ataupun rendah. Bagaimana meningkatkan efikasi itu jelas harus terus dipertimbangkan oleh berbagai ilmuan," ujar keterangan baru Gao Fu.
Peneliti dari Council of Foreign Relation, Yanzhong Huang, menyatakan klarifikasi dari Gao Fu menandakan Pemerintah Cina masih berupaya mengendalikan informasi apapun terkait COVID-19. Hal itu, kata ia, termasuk membabat pernyataan yang bertentangan dengan narasi utama pemerintah soal vaksin COVID-19.
Baca Juga: Anthony Blinken Kecewa Cina Tak Beri Akses Riset Asal Usul Virus Corona
ISTMAN MP | CNN