TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai cara dilakukan warga Myanmar untuk mendesak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing untuk segera mengakhiri kudeta. Ada yang turun langsung ke jalan untuk berdemonstrasi, ada yang melempar sampah ke jalanan, ada juga yang mogok kerja. Bahkan, sejumlah warga Myanmar juga ada yang melakukan perlawanan dengan membuka online shop atau marketplace.
Dikutip dari Channel News Asia, beberapa warga Myanmar membuka lapak online dengan misi hasil jualannya untuk mendanai perlawanan terhadap junta militer. Apa saja yang dijual tidak terbatas pada barang saja, tetapi juga jasa.
Sistem transaksinya unik. Pemilik lapak tidak meminta pembeli untuk mentransfer uang ke dirinya. Sebaliknya, pemilik lapak meminta pembeli untuk mentransfer uang langsung ke organisasi-organisasi perlawanan yang membutuhkan. Begitu transfer usai dilakukan, pembeli tinggal menunjukkan bukti transaksi untuk mendapatkan barang yang diinginkan.
"Ini bukan barang yang mahal, tetapi cukup bernilai untuk dikoleksi. Jika anda sudah mentransfer uang ke organisasi yang membutuhkan, silahkan ambil barang yang diinginkan," ujar seorang warga Myanmar yang berjualan koleksi K-Pop dari band EXO, Selasa, 6 April 2021.
Menurut laporan Channel News Asia, ada banyak barang dan jasa unik dalam lapak online perjuangan ini. Selain ada warga Myanmar yang berjualan koleksi K-Pop, ada juga yang menjual koleksi lego, game, dan buku-buku motivasional. Selain itu, dari sisi jasa, ada juga yang menawarkan kursus gitar seumur hidup hingga pembuatan baju tradisional Myanmar selama pembeli mentransfer ke organisasi-organisasi yang melawan junta militer.
Salah satu organisasi yang menerima dana hasil jualan tersebut adalah Komite Perwakilan Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) atau dikenal juga sebagai pemerintah bayangan. Komite tersebut dibentuk oleh pemenang-pemenang pemilu yang pelantikannya dibatalkan paksa oleh Militer Myanmar pada Februari lalu.
Selain CRPH, dana hasil jualan juga ada yang mengalir ke Gerakan Pemberontakan Sipil. Gerakan tersebut dibentuk tak lama setelah kudeta Myanmar berlangsung pada 1 Februari lalu. Awalnya, mereka melakukan aksi-aksi damai seperti memukul perkakas dapur untuk mengusir roh jahat. Belakangan, mereka ikut turun ke jalan, memberikan perlawanan.
Per berita ini ditulis, jumlah warga Myanmar yang menjadi korban kudeta kian banyak. Menurut data dari Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik, total sudah ada 550 lebih warga yang terbunuh selama kudeta Myanmar. Beberapa di antaranya adalah anak-anak.
Baca juga: Lagi, Pasukan Myanmar Diduga Tembaki Warga Sipil
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA