TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban jiwa selama kudeta Myanmar terus bertambah. Dikutip dari kantor berita Reuters, Militer Myanmar telah membunuh lebih dari 300 orang selama kudeta berlangsung. Sebanyak 90 persen di antaranya tewas ditembak menurut data dari kelompok advokat dan media lokal.
"Kejahatan terhadap kemanusiaan berlangsung tiap harinya. Kami mencatat 320 orang meninggal per 25 Maret 2021," ujar Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik (AAPP)," Jumat, 26 Maret 2021.
AAPP melanjutkan, 25 persen dari total korban meninggal adalah mereka yang ditembak di kepala. Hal itu, menurut AAPP, mengindikasikan Militer Myanmar sejak awal tidak berniat untuk melumpuhkan warga, tetapi membunuhnya.
Lebih lanjut, secara gender, 90 persen dari total korban meninggal adalah pria. Sementara itu, secara umur, 36 persen dari total korban adalah mereka yang berusia 24 tahun ke bawah.
Korban jiwa termuda dalam kudeta Myanmar adalah anak Khin Myo Chit. Personil Militer Myanmar menembak anak berusia 7 tahun tersebut ketika berlindung di rumah bersama ayahnya. Korban tertua adalah Win Kyi (78) yang tewas dalam kerusuhan berdarah di Hlaing Thayar pertengahan Maret lalu.
"Semua petunjuk (selama kudeta Myanmar) mengarah kepada militer mengadopsi strategi tembak untuk membunuh demi menekan perlawanan warga," ujar Amnesty Internasional.
Tentara Myanmar berjalan di sepanjang jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]
AAPP menambahkan, jumlah mereka yang ditahan oleh Militer Myanmar jauh lebih besar dibandingkan mereka yang dibunuh. Menurut data terakhir mereka, kurang lebih ada 3000 orang yang telah ditahan secara sewenang-wenang. Mereka terdiri atas aktivis, jurnalis, politisi, hingga pejabat seperti Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.
Militer Myanmar membantah dugaan mereka telah menggunakan kekerasan dengan sengaja. Dalam keterangan persnya, mereka menyatakan segala tindakan yang diambil personil di lapangan telah mengikuti standar internasional perihal keamanan negara.
Seperti diberitakan sebelumnya, Militer Myanmar memulai kudetanya pada 1 Februari lalu. Kudeta tersebut dipicu oleh kekalahan partai afiliasi Militer Myanmar dari partai bentukan Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi, pada Pemilu tahun lalu.
Militer Myanmar menyebut Liga Nasional Untuk Demokrasi telah berlaku curang di pemilu. Namun, tidak ada yang merespon tuduhan tersebut karena Militer Myanmar tidak bisa menghadirkan bukti. Alhasil, Militer Myanmar mengambil tindakan sendiri dengan menggulingkan pemerintah yang mereka anggap tak sah.
Baca juga: Amerika Serikat dan Inggris Jatuhkan Sanksi ke Myanmar
ISTMAN MP | REUTERS