TEMPO.CO, - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan keprihatinannya soal kondisi politik di Myanmar dan meminta kekerasan pada demonstran dihentikan.
Hal ini ia sampaikan pada Pertemuan Kepala Pasukan Pertahanan ASEAN ke-18 yang dilakukan secara virtual, kemarin. Dalam acara itu turut hadir pemimpin militer dari Myanmar.
“Saya ingin menyampaikan keprihatinan saya yang mendalam tentang situasi di Myanmar. Seperti yang disampaikan oleh presiden dan menteri luar negeri, keamanan dan keselamatan rakyat Myanmar adalah yang terpenting," kata Hadi dalam keterangan tertulis resmi TNI, Jumat, 19 Maret 2021.
Selain itu, Hadi menyampaikan jika Indonesia berkenan membantu dan berbagi pengalaman dalam membangun angkatan bersenjata yang profesional. "Dalam konteks demokrasi,” ucap dia, menurut transkrip yang diperoleh BenarNews, dikutip dari RFA.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut mendesak agar kekerasan di Myanmar segera dihentikan. Myanmar masih berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu, serta menahan dia dan anggota partainya.
"Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan di Myanmar segera dihentikan, sehingga tidak ada lagi korban berjatuhan," kata Jokowi dalam pesannya yang diunggah di YouTube Sekretariat Presiden, Jumat, 19 Maret 2021.
Jokowi juga mengucapkan bela sungkawa atas nama pribadi dan bangsa Indonesia atas jatuhnya korban dalam kerusuhan di Myanmar. Menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, lebih dari 180 pengunjuk rasa telah tewas ketika pasukan keamanan Myanmar mencoba untuk menghentikan gelombang protes kudeta.
Baca juga: Korban Meninggal Selama Kudeta Myanmar Capai 224 Orang
Sumber: RADIO FREE ASIA