TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jair Bolsonaro pada Kamis mengatakan kepada warga Brasil untuk berhenti mengeluh setelah Brasil mencatat rekor tertinggi kematian Covid-19 selama dua hari berturut-turut. Bolsonaro juga menyerang langkah-langkah jarak sosial dan meremehkan ancaman pandemi.
Brasil memiliki angka kematian tertinggi kedua di dunia selama setahun terakhir, setelah Amerika Serikat. Sementara wabah AS mereda, Brasil menghadapi fase epidemi terburuknya, mendorong sistem rumah sakitnya ke ambang kehancuran.
"Sudahlah cukup merengek dan mengeluhnya. Berapa lama lagi tangisan itu akan berlangsung?" kata Bolsonaro memberi tahu orang banyak di sebuah acara, dikutip dari Reuters, 5 Maret 2021.
"Berapa lama lagi kalian akan tinggal di rumah dan menutup semuanya? Tidak ada yang bisa menahannya lagi. Kita menyesali kematian itu, lagi, tapi kita butuh solusi," kata Bolsonaro.
Penundaan pemerintah dalam memperoleh dan mendistribusikan vaksin berarti bahwa kurang dari 3,5% populasi yang telah mendapat setidaknya satu suntikan vaksin.
Namun demikian, popularitas Bolsonaro terselamatkan oleh 322 miliar reais (Rp 814 triliun) bantuan stimulus corona kepada warga miskin Brasil tahun lalu.
Senat Brasil pada hari Kamis memilih untuk memperbarui program bantuan dalam skala yang lebih kecil, membagikan 250 reais (Rp 632 ribu) per bulan selama empat bulan, dengan biaya hingga 44 miliar reais. Proposal tersebut masih harus disetujui oleh majelis rendah Kongres Brasil.
Gestur Presiden Brasil Jair Bolsonaro saat menemui para pendukungnya saat upacara penurunan bendera di Alvorada Palace, Brasil, 24 Juli 2020. Setelah menjalani tes untuk ketiga kalinya pada Selasa (21/7) lalu, Bolsonaro masih dinyatakan positif virus Corona. REUTERS/Adriano Machado
Gelombang kedua Covid-19 Brasil yang melonjak telah memicu pembatasan baru di ibu kotanya, Brasilia, dan kota terbesarnya, Sao Paulo.
Destinasi turis Rio de Janeiro pada hari Kamis mengumumkan jam malam di seluruh kota dan waktu tutup lebih awal untuk restoran.
Yang paling mengkhawatirkan otoritas kesehatan adalah munculnya varian baru Covid-19 dari wilayah Amazon, yang tampak lebih menular dan lebih mampu menginfeksi kembali mereka yang sebelumnya terkena Covid-19.
"Kami mengalami prospek terburuk untuk pandemi sejak dimulai," kata Gonzalo Vecina Neto, seorang dokter medis dan mantan kepala regulator kesehatan Brasil, Anvisa, Reuters melaporkan.
"Mutasi adalah hasil dari peningkatan reproduksi virus. Semakin banyak jumlah virus, semakin cepat penularannya, semakin banyak mutasi yang kita miliki," ujarnya.
Baca juga: Jair Bolsonaro Ancam Tinju Muka Reporter Saat Ditanya Dugaan Korupsi Keluarga
Menurut laporan 26 Februari oleh Oswaldo Cruz Foundation (Fiocruz), sebuah lembaga penelitian Kementerian Kesehatan Brasil, tingkat hunian ICU Brasil berada pada situasi terburuk sejak dimulainya pandemi, CNN melaporkan.
Delapan belas dari 26 negara bagian Brasil dan satu distrik federal memiliki ICU dengan kapasitas lebih dari 80%, data federal dan negara bagian menunjukkan. Sembilan dari negara bagian dalam daftar berada di ambang kehancuran dengan kapasitas lebih dari 90%.
Gubernur negara bagian dan dokter Brasil telah mengeluh bahwa pemerintah federal telah salah mengelola krisis Covid-19, karena Jair Bolsonaro telah meremehkan tingkat keparahannya dan menentang lockdown.
REUTERS | CNN