TEMPO.CO, Jakarta - Pembuat senjata milik negara Uni Emirat Arab, EDGE, berharap untuk terlibat dalam rantai pasokan pesawat tempur siluman F-35 Lockheed Martin jika penjualan pesawat AS ke negara Teluk Arab terus berlanjut, kata kepala eksekutif EDGE pada Selasa.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang memeriksa kembali penjualan 50 jet siluman F-35, 18 senjata drone, dan peralatan militer lainnya yang disetujui oleh mantan Presiden Donald Trump selama hari-hari terakhirnya di Gedung Putih.
Baca Juga:
"Platform apa pun yang datang ke negara ini, kami sekarang sangat terlibat dalam rantai pasokan ini dalam komponen apa pun yang masuk akal bagi klien dan kami," kata CEO EDGE Faisal al-Bannai di pameran pertahanan Idex di Abu Dhabi, dikutip dari Reuters, 23 Februari 2021.
EDGE, konglomerasi pertahanan negara senilai US$ 5 miliar (Rp 70,4 triliun), dapat mengintegrasikan subsistem, produk dan senjata, melakukan pekerjaan pemeliharaan, perbaikan dan perombakan (MRO) dan juga mengembangkan senjata seperti rudal untuk jet tersebut, katanya.
EDGE dan Lockheed kemudian mengumumkan mereka telah mencapai kesepakatan awal untuk bersama-sama "eksplorasi peluang industri di seluruh industri kedirgantaraan dan pertahanan UEA."
Pernyataan itu tidak menyebutkan F-35 atau sistem lainnya.
Faisal Al Bannai, kepala Eksekutif EDGE terlihat saat wawancara dengan Reuters di Pameran Pertahanan Internasional, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab 22 Februari 2021. [REUTERS / Khushnum Bhandari]
Uni Emirat Arab, salah satu sekutu terdekat Washington di Timur Tengah, dijanjikan kesempatan untuk membeli pesawat perang itu ketika menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tahun lalu.
EDGE sedang dalam diskusi lanjutan dengan beberapa perusahaan pertahanan Israel tentang pengelolaan dan pengembangan rudal dan platform drone, kata Bannai tanpa menyebut nama perusahaan pertahanan yang dimaksud.
"Sebentar lagi akan ada pengumuman," ujarnya.
EDGE, yang ditugaskan untuk memasok senjata canggih ke angkatan bersenjata UEA, berfokus pada pengembangan drone, kendaraan tak berawak, senjata pintar, dan peralatan perang elektronik persenjataan konvensional.
"Kami adalah negara kecil dalam ukuran dan populasi...kami sangat fokus pada penerapan teknologi yang lebih cerdas yang dapat menerapkan 'pengganda kekuatan' untuk tentara kami," kata Bannai.
EDGE sedang mengembangkan sistem energi terarah, yang akan diluncurkan tahun depan, yang dapat digunakan untuk melawan ancaman udara dan darat.
EDGE mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka akan memasok sistem pertahanan udara Oerlikon Skynex Rheinmetall dengan sistem rudal pencegat jarak pendek yang dikenal sebagai SkyKnight.
Baca juga: UEA Teken Kontrak Pembelian 50 Jet Tempur F-35 dan 18 Drone dari Amerika Serikat
Tidak jelas kapan pemerintahan Joe Biden menyelesaikan peninjauannya, meskipun jika disetujui, F-35 pertama diperkirakan tidak akan dikirim selama beberapa tahun.
"Setiap negara memiliki prosesnya sendiri. Saya pikir mereka akan melalui proses mereka dan sampai pada keputusan yang tepat untuk mereka," kata Bannai tentang peninjauan AS.
Duta Besar UEA untuk AS Yousef al-Otaiba mengatakan bahwa yakin penjualan itu akan berhasil.
Jet tempur F-35 merupakan komponen utama dari kontrak penjualan persenjataan berteknologi tinggi senilai US$ 23 miliar (Rp 324 triliun) dari General Atomics, Lockheed Martin Corp dan Raytheon Technologies Corp ke UEA.
F-35, pesawat perang paling canggih di dunia, akan memberi UEA kemampuan pencegat yang sangat besar terhadap musuh regional Iran, kata seorang diplomat Arab di Teluk kepada Reuters.
"F-35 memberikan banyak kendali atas langit Teluk. Itu hal yang besar. F-35 adalah pengubah permainan untuk UEA," kata diplomat itu.
REUTERS