Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pengunjuk Rasa Myanmar Takut Diculik Tentara Saat Malam Hari

image-gnews
Sejumlah pengunjuk rasa turun ke jalan saat memprotes aksi kudeta militer di Yangon, Myanmar, 19 Februari 2021. Militer Mynamar menuduh kemenangan partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Pemilu November 2020 curang. Suu Kyi juga ditangkap dengan dakwaan baru. REUTERS/Stringer
Sejumlah pengunjuk rasa turun ke jalan saat memprotes aksi kudeta militer di Yangon, Myanmar, 19 Februari 2021. Militer Mynamar menuduh kemenangan partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Pemilu November 2020 curang. Suu Kyi juga ditangkap dengan dakwaan baru. REUTERS/Stringer
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para aktivis dan pengunjuk rasa penentang kudeta di Myanmar bersembunyi saat malam hari karena takut tentara menculik atau menggerebek kediaman mereka saat malam atau dini hari.

Junta militer telah memadamkan internet yang berlangsung selama enam malam terakhir, jam malam digital sekarang berlaku bersamaan dengan jam malam fisik yang diberlakukan di kota-kota besar mulai pukul 8 malam sampai jam 4 pagi.

Dikutip dari CNN, 22 Februari 2021, banyak warga Myanmar mengatakan mereka takut diseret dari tempat tidur mereka pada penggerebekan malam atau dini hari, yang telah sering terjadi sejak pengambilalihan militer, dan ditahan atau dituntut dengan undang-undang untuk membungkam kritik.

Beberapa pengunjuk rasa, yang pada siang hari tanpa rasa takut berbaris di jalan-jalan, bersembunyi di malam hari, berpindah dari rumah ke rumah untuk menghindari penangkapan.

"Ini pertarungan mental dan juga fisik," kata Thinzar Shunlei Yi, 29 tahun, seorang aktivis hak asasi manusia terkemuka yang bersembunyi beberapa hari setelah kudeta.

Yi mengatakan tidak tahu apa yang akan terjadi setiap malam. Dia menggambarkan ini seperti "perang psikologis".

"Setiap pagi kami harus mengecek: apakah kami akan menghadiri (acara) ini? Karena apa pun bisa terjadi di jalanan kapan saja. Tapi di luar kami merasa bersatu dan kuat," ujarnya.

Tentara berdiri di luar Bank Sentral Myanmar selama protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]

Organisasi hak asasi manusia Burma, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), pada hari Kamis mengatakan telah memverifikasi 521 penangkapan terkait kudeta Myanmar sejak 1 Februari, dengan 477 dari orang-orang itu tetap dalam penahanan atau menghadapi tuntutan yang belum diselesaikan.

Di antara mereka adalah warga sipil, aktivis, jurnalis, penulis, biksu, pemimpin mahasiswa, serta politisi dan pejabat di pemerintahan yang dipimpin oleh Liga Nasional untuk Partai Demokrasi (NLD) yang digulingkan, menurut AAPP.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari kota-kota besar seperti Yangon dan Mandalay, hingga desa-desa terpencil, orang-orang di seluruh Myanmar memprotes rezim militer baru, mempertaruhkan penangkapan atas perlawanan mereka. Meski demonstrasi didominasi oleh kaum muda, seperti Thinzar Shunlei Yi, mereka pun didukung oleh banyak generasi tua yang masih ingat bagaimana keadaan di bawah pemerintahan militer sebelumnya.

Protes nasional terhadap pemerintahan militer Myanmar telah menutup bisnis di Myanmar pada Senin, meskipun ada kekhawatiran kekerasan setelah pihak berwenang memperingatkan bahwa konfrontasi bisa berujung maut.

Banyak pegawai negeri tidak bekerja sebagai bagian dari gerakan pembangkangan sipil dan layanan pemerintah lumpuh. Militer menuduh pengunjuk rasa melakukan intimidasi dan memprovokasi kekerasan.

Baca juga: Indonesia Dorong ASEAN untuk Desak Junta Militer Gelar Pemilu Myanmar yang Adil

Dikutip dari Reuters, Facebook mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menghapus halaman MRTV karena melanggar standarnya, termasuk kebijakan kekerasan dan hasutannya. Pada hari Minggu, Facebook menghapus halaman utama militer karena alasan yang sama.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan di Twitter bahwa Amerika Serikat akan terus mengambil tindakan tegas terhadap pihak berwenang yang menindak pengunjuk rasa secara brutal.

Inggris, Jerman dan Jepang mengutuk kekerasan tersebut dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak militer untuk menghentikan penindasan.

Tentara merebut kekuasaan setelah menuduh ada kecurangan dalam pemilu 8 November di mana partai Aung San Suu Kyi mengalahkan partai pro-militer. Tentara menahan Suu Kyi dan sebagian besar pimpinan partai. Sebelum kudeta militer terjadi komisi pemilihan umum Myanmar membantah ada kecurangan dalam pemilu.

CNN | REUTERS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

Pengemudi taksi Iran memercikkan air ke tubuh mereka untuk mendinginkan diri selama gelombang panas di Teheran, Iran 2 Agustus 2023. Pemerintah Iran mengumumkan libur selama dua hari, usai panas ekstrem yang melanda negara di Timur Tengah itu selama beberapa waktu terakhir. Majid Asgaripour/WANA (Kantor Berita Asia Barat) via REUTERS
5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?


Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas ekstrem.[Khaleej Times/REUTERS]
Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.


Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

PSDKP KKP menangkap kapal asing berbendera Malaysia melakukan illegal fishing di perairan Selat Malaka, Kamis, 25 April 2024. Foto: PSDKP KKP
Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.


Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Tentara berdiri di samping kendaraan militer ketika orang-orang berkumpul untuk memprotes kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. REUTERS/Stringer/File Photo
Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.


Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Seorang personel militer berjaga, ketika 200 personel militer Myanmar mundur ke jembatan ke Thailand pada hari Kamis setelah serangan selama berhari-hari oleh perlawanan anti-junta, yang menyatakan mereka telah memenangkan kendali atas kota perbatasan Myawaddy yang penting, yang terbaru dalam sebuah serangkaian kemenangan pemberontak, dekat perbatasan Thailand-Myanmar di Mae Sot, provinsi Tak, Thailand, 11 April 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.


Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

14 hari lalu

Pengungsi Rohingya menempati penampungan sementara di llanta pasar gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, Senin, 18 Desember 2023. Polresta Banda Aceh menetapkan salah seorang imigran Rohingya Muhammad Amin (35) sebagai tersangka yang menyeludupkan 136 orang pengungsi Rohingya penghuni kamp penampungan Coxs Bazar Bangladesh ke Desa Lamreh, Kabupaten Aceh Besar yang saat ini menempati lantai dasar gedung BMA. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

14 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976


Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

15 hari lalu

Tentara Thailand berlindung di dekat Jembatan Persahabatan Thailand-Myanmar ke-2 selama pertempuran di sisi Myanmar antara Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) dan pasukan Myanmar, yang berlanjut di dekat perbatasan Thailand-Myanmar, di Mae Sot, Provinsi Tak, Thailand, April 20, 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.


Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

16 hari lalu

Militer Israel menunjukkan apa yang mereka katakan sebagai rudal balistik Iran yang mereka ambil dari Laut Mati setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, di pangkalan militer Julis, di Israel selatan 16 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.


Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

17 hari lalu

Seorang tentara dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli dengan kendaraan, di samping area yang hancur akibat serangan udara Myanmar di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.