TEMPO.CO, - Mya Thwate Thwate Khaing, demonstran penentang kudeta Myanmar yang ditembak di kepala pekan lalu, meninggal dunia hari ini. Ia ditembak saat polisi berusaha membubarkan demonstran.
Wanita berusia 20 tahun itu telah mendapat perawatan intensif dan harus dibantu dengan alat penopang hidup sejak dibawa ke rumah sakit pada 9 Februari. Ia dilaporkan terkena peluru tajam saat unjuk rasa terjadi di ibu kota, Naypyitaw.
“Saya merasa sangat sedih dan tidak punya apa-apa untuk dikatakan,” kata kakaknya, Ye Htut Aung, berbicara melalui telepon dikutip dari Reuters, Jumat, 19 Februari 2021.
Dia adalah satu-satunya pengunjuk rasa yang terbunuh sejak tentara Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Unjuk rasa di Myanmar terus terjadi di penjuru negeri sejak 6 Februari kemarin. Militer menanggapinya dengan menangkap ratusan aktivis.
Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, junta militer Myanmar telah menangkap kurang lebih 500 orang sepanjang kudeta berlangsung. Dari angka tersebut, kurang lebih 495 di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka menurut laporan Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik (AAPP).
Ada figur-figur politik di antara mereka yang telah ditahan. Salah satunya adalah Penasehat Negara Aung San Suu Kyi. Junta militer Myanmar menangkapnya pada 1 Februari 2021 lalu ketika kudeta dimulai untuk pertama kalinya. Belakangan, diungkapkan bahwa Suu Kyi telah ditetapkan sebagai tersangka untuk dua perkara yaitu impor ilegal walkie talkie dan pelanggaran regulasi bencana alam.
Selain Suu Kyi, junta militer Myanmar juga menangkap Presiden Win Myint dan beberapa pejabat panitia penyelenggara pemilu tahun lalu. Seperti diberitakan sebelumnya, kudeta Myanmar dipicu keyakinan junta militer bahwa partai yang mengusung Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi, telah bermain curang di pemilu tahun lalu.
Baca juga: Bersama Inggris, Kanada Ikut Jatuhkan Sanksi ke Militer Myanmar
Sumber: REUTERS