TEMPO.CO, Jakarta - Varian baru COVID-19 yang berasal dari Inggris, B.1.1.7, ternyata tidak hanya lebih cepat menyebar dibanding varian yang biasa. Dikutip dari CNN, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika menyatakan data terkini mengindikasikan varian baru itu juga lebih berbahaya.
"Kami tahu bahwa varian baru COVID-19 meningkatkan penyebaran virus. Namun, ada peningkatan data yang menunjukkan varian B.1.1.7 kemungkinan meningkatkan angka kematian," ujar Direktur CDC, Rochelle Walensky, Kamis, 4 Februari 2021
Walensky menegaskan bahwa temuan varian baru COVID-19 dari Inggris lebih berbahaya baru sebatas indikasi. Para peneliti, kata ia, masih meneliti data-data yang ada untuk memahami lebih jauh varian baru tersebut. Hal yang pasti, kata ia, dirinya akan mengacu sepenuhnya pada bukti sains.
Perihal apakah vaksin COVID-19 akan efektif terhadap varian baru virus, Walensky mengatakan belum ada keputusan soal itu. Pernyataan tersebut kontras dengan pernyataan para produsen vaksin yang optimistis produk mereka akan efektif.
Meski para produsen vaksin COVID-19 optimistis produk mereka bakal efektif, beberapa sudah memulai pengembang varian vaksin COVID-19 yang baru. AstraZeneca, misalnya, menargetkan varian baru vaksin mulai diproduksi dan diujicoba pada musim gugur tahun ini atau kuartal kedua.
"Kita harus mengikuti sains dan kami terus mendapat informasi baru apakah protokol kesehatan, program pengendalian, penggunaan masker, jarak sosial, akan efektif merespon varian baru COVID-19. Kami harus optimistis bisa," ujar Walensky menegaskan.
Terakhir, Walensky menambahkan bahwa dari sejumlah penderita varian baru COVID-19 yang sudah diperiksa, kebanyakan tertular karena tidak memakai masker atau patuh jarak sosial.
"Mungkin yang bisa kami katakan adalah varian baru COVID-19 ini tak kenal ampun jika kita tidak patuh protokol kesehatan," ujarnya mengakhiri.
Baca juga: Boris Johnson: Varian Baru COVID-19 di Inggris Mungkin Lebih Berbahaya
ISTMAN MP | CNN