TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, memperbarui pernyataannya soal varian baru COVID-19 yang terdeteksi pada akhir 2020 lalu. Ia berkata, ada indikasi bahwa varian baru tersebut lebih berbahaya dibanding perkiraan sebelumnya.
"Kami telah diberitahu bahwa selain varian baru COVID-19 itu lebih cepat menyebar, ada sejumlah bukti tingkat kematian yang lebih tinggi," ujar Boris Johnson, dikutip dari CNN, 23 Januari 2021.
Walaupun ada indikasi varian baru COVID-19 di Inggris lebih berbahaya dibanding perkiraan, Johnson mengklaim vaksin yang ada masih bisa menanganinya. Oleh karenanya, kata ia, vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan AstraZeneca akan tetap digunakan.
Kepala Penasehat Sains Pemerintah Inggris, Patrick Vallance, mengklarifikasi pernyataan Boris Johsnon. Ia berkata, walaupun ada indikasi varian baru COVID-19 memiliki resiko kematian lebih tinggi, bukti-buktinya belum kuat. Selain itu, angka resiko juga bisa berbeda-beda untuk kelompok usia tertentu.
Sebagai contoh, kata Vallance, pasien usia lansia jelas akan lebih rentan meninggal akibat varian baru COVID-19 dibanding ketika tertular varian lama. Dan, peningkatannya belum tentu besar, bisa saja hanya naik dari 10 per 1000 orang menjadi 13-14 per 1000 orang.
Lalu, soal keampuhan vaksin, Vallance membenarkan bahwa vaksin COVID-19 dari Pfizer dan AstraZeneca masih mampu menangani varian baru. Namun, ia menegaskan bahwa pernyataan tersebut hanya berlaku untuk varian baru COVID-19 yang terdeteksi di Inggris.
Situasinya, kata Vallance, bisa berubah untuk varian baru COVID-19 dari Afrika Selatan maupun Brasil. Ia mengatakan, varian baru COVID-19 dari kedua negera itu bisa saja lebih bebal terhadap vaksin.
"Kami khawatir varian baru COVID-19 mereka memiliki sejumlah karakteristik yang membuatnya kebih kuat dibanding vaksin. Kami membutuhkan lebih banyak informasi klinis soal itu," ujarnya.
Per berita ini ditulis, Inggris telah mencatatkan 3,5 juta kasus dan 95 ribu korban meninggal akibat COVID-19. Adapun dalam 24 jam terakhir, kasus COVID-19 di Inggris bertambah sebanyak 40.261. Belum diketahui secara spesifik berapa kasus yang disumbangkan varian baru COVID-19.
Baca juga: Virus Corona, Inggris Belum Tutup Perbatasan bagi Pelancong
ISTMAN MP | CNN
https://edition.cnn.com/2021/01/22/uk/uk-variant-scientists-johnson-intl/index.html