TEMPO.CO, - Puluhan ribu orang menggelar unjuk rasa di seluruh negeri untuk menuntut pembebasan kritikus pemerintah Rusia, Alexei Navalny. Kepolisian menahan lebih dari 3 ribu orang dan menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi di berbagai tempat itu.
Navalny telah meminta para pendukungnya untuk berunjuk rasa setelah dia ditangkap akhir pekan lalu ketika kembali ke Rusia dari Jerman. Ini adalah kedatangan pertamanya ke Rusia sejak menuding pemerintah meracuninya dengan zat saraf.
Seperti dilaporkan Reuters, Ahad, 24 Januari 2021, pihak berwenang telah melarang orang-orang untuk menggelar demonstrasi dengan dalih berisiko tertular Covid-19. Polisi juga mengancam akan menuntut dan memenjarakan mereka yang berunjuk rasa karena menghadiri acara yang tidak sah.
Tetapi pengunjuk rasa menentang larangan tersebut. Meski cuaca dingin hingga mencapai minus 50 derajat celsius, demonstrasi tetap digelar.
Leonid Volkov, seorang rekan Navalny, meminta demonstran untuk melakukan hal yang sama akhir pekan depan untuk mencoba membebaskan Navalny. "Dari cengkeraman para pembunuhnya," katanya dikutip dari Reuters.
Baca juga: Sumber Kremlin Sebut Alexei Navalny Mulai Mengancam Putin
Di pusat kota Moskow, Reuters memprediksi ada 40 ribu orang telah berkumpul dalam unjuk rasa tidak sah terbesar selama bertahun-tahun. Polisi dilaporkan menahan orang secara kasar, memasukkan mereka ke dalam van terdekat.
Pihak berwenang mengatakan hanya sekitar 4 ribu orang yang muncul, sementara kementerian luar negeri mempertanyakan perkiraan kerumunan Reuters. “Kenapa tidak langsung bilang 4 juta?” kata mereka dalam akun Telegram resminya.
Alexei Navalny adalah seorang pengacara berusia 44 tahun. Ia kini berada di penjara Moskow setelah menuduh Presiden Vladimir Putin memerintahkan percobaan pembunuhannya.
Putin membantahnya dan menuduh Alexei Navalny bagian dari kampanye trik kotor yang didukung Amerika Serikat untuk mendiskreditkannya.
REUTERS
https://www.reuters.com/article/BigStory12/idUSKBN29R10S