TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Iran telah menginstruksikan kementerian perminyakan untuk mempersiapkan instalasi produksi dan meningkatkan ekspor minyak Iran dengan kapasitas penuh dalam tiga bulan, kata media pemerintah pada Ahad.
Instruksi ini muncul menjelang kemungkinan pelonggaran sanksi AS setelah Presiden terpilih Joe Biden menjabat.
Media Iran mengutip Presiden Hassan Rouhani yang mengatakan bahwa Iran mengekspor lebih dari dua juta barel per hari sebelum Presiden AS Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir 2015 dengan enam kekuatan pada 2018. Trump kemudian menerapkan kembali sanksi yang telah menghantam ekonomi Iran dengan memotong tajam ekspor minyak vitalnya.
Sementara presiden terpilih AS Joe Biden, yang akan menjabat pada 20 Januari, mengatakan bahwa dia akan kembali ke perjanjian nuklir Iran 2015 (JCPOA) dan akan mencabut sanksi jika Iran mematuhi syarat yang tertera dalam kesepakatan, seperti dikutip dari Reuters, 7 Desember 2020.
Hassan Rouhani mengatakan pada Ahad bahwa negaranya sedang mempersiapkan peningkatan cepat dari produksi minyaknya, kantor berita resmi IRNA melaporkan.
"Kementerian Perminyakan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mempersiapkan fasilitas industri minyak untuk memproduksi dan menjual, sebanding dengan kapasitas yang tersedia, dalam tiga bulan ke depan," kata Rouhani, yang dikutip IRNA.
Diperkirakan Iran mengekspor kurang dari 300.000 barel minyak per hari dibandingkan dengan puncak 2,8 juta barel per hari pada 2018 atau sebelum dihantam sanksi AS.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-iran-oil/iran-prepares-to-raise-oil-exports-if-sanctions-eased-state-media-idUKKBN28G0DH