Seperti dilansir dari Harian Vedomosti, pemimpin Libya ini terakhir mengunjungi Rusia pada tahun 1985, yang saat itu masih bernama Uni Soviet. Hubungan erat antara Tripoli dengan Moskow kembali hangat sejak Vladimir Putin mengunjungi Libya akhir April, beberapa saat setelah dia keluar dari Kremlin.
Kedatangan Khadafi, tak lepas dari topik mengenai pengiriman pesawat tempur Rusia Su-30 dan tank tempur T-90. Laporan dari kementrian luar negeri Rusia ini, juga menyatakan akan menjual sistem pertahanan misil darat ke udara Tor-M2E dan berbagai suku cadangnya.
Diperkirakan, jalinan Libya dan Rusia membuat Tripoli merogoh kocek sekitar US$4,6 miliar ke Moskow sebagai kontrak bisnis. Kemungkinan kontrak juga akan diperuas dengan pembangunan rel kereta api sejauh 554 kilometer, yang akan menghubungkan kota-kota di Libya antara kota Surt dan Banghazi. Di atas kertas proyek ini senilai S$ 2,2 miliar.
Sementara pembangkit energi raksasa Rusia Gazprom juga telah ditandatangani dengan Libya dan proyek pembangunannya melibatkan negara-negara di Afrika.
AFP| Nur Haryanto