TEMPO.CO, Jakarta - Belgia akan mengizinkan toko ritel beroperasi kembali mulai Selasa, 1 Desember 2020. Namun masih membatasi jumlah orang yang kumpul-kumpul atau menghadiri acara pertemuan dan melarang pesta kembang api pada malam tahun baru nanti.
“Kalau kami melonggarkan aturan terlalu cepat, jumlah positif Covid-19 akan meningkat dan itu akan sangat sulit (diatasi),” kata Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo, Jumat, 27 November 2020.
Menurut De Croo, jika gelombang ketiga wabah virus corona sampai terjadi, maka itu akan lebih buruk dari gelombang kedua dan akan semakin sulit bagi Belgia untuk keluar dari wabah penyakit mematikan ini.
Negara-negara di penjuru Eropa sedang terseok-seok menghadapi gelombang kedua wabah virus corona. Negara-negara tersebut bergulat menjaga keamanan warga negaranya, namun saat yang sama mengizinkan mereka mendapat sedikit kelonggaran aturan saat musim liburan.
Inggris akan mengizinkan tiga kepala keluarga untuk saling silaturahmi tatap muka di rumah saat hari raya Natal. Sedangkan pemerintah Belgia hanya membolehkan acara kumpul antar keluarga inti dengan tambahan satu orang. Adapun mereka yang tinggal sendirian di rumah, boleh bertemu dengan dua orang lainnya.
Toko-toko non-sembako boleh buka, namun masyarakat Belgia hanya boleh belanja sendirian dan keluar rumah tidak lebih dari 30 menit. Perdana Menteri De Croo mengingatkan relaksasi aturan ini bukan berarti masyarakat kembali berbelanja sambil leha-leha.
Lewat kelonggaran aturan ini, museum dan kolam renang juga boleh beroperasi kembali. Namun pesta kembang api yang biasa dilakukan untuk menyambut tahun baru, belum diperbolehkan.
Acara kumpul-kumpul masih dibatasi dan melakukan perjalanan ke luar negeri masih belum disarankan. Bar-bar, restoran, salon kecantikan, pusat kebugaran dan pusat budaya, juga belum boleh beroperasi kembali.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-belgium/belgium-lets-shops-reopen-but-keeps-christmas-curbs-to-prevent-third-wave-idUSKBN2872IZ