TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, meminta Presiden Amerika Terpilih Joe Biden untuk tidak kembali ke Perjanjian Nuklir Iran (JCPOA). Menurutnya, lebih baik Amerika tetap berada di luar kesepakatan tersebut.
"Jangan sampai kembali ke kesepakatan nuklir tersebut. Kita harus tegas dan tanpa kompromi dalam mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir," ujar Netanyahu dalam pidatonya di Israel, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 23 November 2020.
Netanyahu memang tidak menyebut langsung nama Joe Biden dalam pidatonya, namun jelas pesan itu disasarkan kepadanya. Israel, di bawah Netanyahu, termasuk yang mendukung Amerika keluar dari JCPOA. Hal itu dikarenakan Israel memandang Iran sebagai musuh.
Netanyahu sendiri dikabarkan akan bertemu Joe Biden dalam waktu dekat. Dalam pernyataan pers Pemerintah Israel, keduanya akan membahas berbaga isu penting di Timur Tengah, termasuk penguatan kerjasama kedua negara. Belum diketahui apakah soal JCPOA akan masuk di dalamnya.
Sebagaimana diketahui, JCPOA adalah perjanjian nuklir yang diteken enam negara di tahun 2015 untuk mengawasi program pengayaan nuklir Iran. Keenam negara itu adalah Amerika, Cina, Rusia, Jerman, Prancis, dan Inggris. Mereka tidak ingin program pengayaan nuklir Iran sampai di luar kendali hingga nantinya menjadi ancaman terhadap stabilitas regional di Timur Tengah.
Gambar satelit pembangkit nuklir Natanz. Foto Google (sebelum) dan Iran International (setelah).[Sky News]
Timbali balik untuk Iran, jika mengikuti kesepakatan JCPOA, adalah dihentikannya embargo perdagangan senjata oleh DK PBB. Pada Oktober kemarin, embargo tersebut berakhir.
Amerika, yang awalnya mendukung JCPOA, berbalik memprotesnya di masa pemerintahan inkumben Donald Trump. Menurut Donald Trump, JCPOA kurang tegas terhadap Iran. Selain itu, Donald Trump juga mempermasalahkan tidak tercover-nya pengembangan misil balistik dan milisi Iran di Irak, Lebanon, Suriah, serta Yemen dalam kesepakatan JCPOA.
Ujungnya, Donald Trump menarik Amerika dari JCPOA dan menjatuhkan sanksi perdagangan terhadap Iran. Sektor Migas Iran termasuk salah satu yang terpukul oleh sanksi tersebut. Di sektor lain, mereka terpaksa swasembada.
Joe Biden, dalam kampanye-kampanye, beberapa kali menyatakan ia akan membawa Amerika kembali ke JCPOA, bahkan memperluas cakupannya. Namun, ia juga meminta sikap kooperatif dari Iran agar mereka kembali menekan program nuklirnya. Jika tidak, maka sanksi lebih berat mengancam.
Berdasarkan berbagai laporan, Iran mulai melanggar batas pengayaan nuklir yang sudah ditetapkan. Iran mengakui hal itu walau membantahnya untuk kepentingan militer. Perkembangan terbaru, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan pihaknya siap kembali patuh ke JCPOA dengan syarat sanksi diangkat lebih dulu.
"Jika Biden bisa berkomitmen soal itu, maka kami pun berkomitmen kembali ke JCPOA. Negosiasi sangat terbuka dan kami siap berdiskusi soal Amerika kembali ke JCPOA. Sanksi juga bisa diangkat dengan 3 perintah eksekutif," ujar Zarif, dikutip dari Al Jazeera pekan lalu.
ISTMAN MP | REUTERS
https://www.aljazeera.com/news/2020/11/18/iran-urges-joe-biden-to-lift-sanctions-rejoin-nuclear-deal