TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un meneteskan air mata saat mengucapkan terima kasih kepada warganya atas pengorbanan mereka dalam berbagai masalah yang menimpa negara itu.
Dilansir dari Reuters, Kim meneteskan air mata saat berpidato di acara parade militer pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020 untuk memperingati 75 tahun Partai Pekerja. Dia menjadi emosional ketika memberikan penghormatan kepada pasukan atas tanggapan mereka terhadap bencana nasional, mencegah pandemi corona, serta meminta maaf kepada warga karena gagal meningkatkan standar hidup.
“Orang-orang kami telah menaruh kepercayaan setinggi langit dan sedalam laut pada saya, tapi saya telah gagal untuk selalu memenuhi itu dengan seharusnya memuaskan mereka. Saya sangat menyesal untuk itu," kata Kim Jong Un.
Sejak menggantikan ayahnya pada 2011 lalu, Kim menjadikan kemajuan ekonomi sebagai landasan kebijakan pemerintahannya. Dia bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan membangun hubungan pribadi yang belum pernah terjadi sebelumnya lewat surat.
Rencana ambisius Kim untuk perdagangan internasional, proyek konstruksi, dan langkah-langkah ekonomi lainnya telah terhenti karena sanksi internasional dipicu program senjata nuklir serta rudal balistiknya. Perekonomian semakin terpukul ketika Korea Utara menutup perbatasannya untuk hampir semua lalu lintas karena pandemi corona dan bencana banjir yang semakin mengancam pasokan makanan.
Beberapa saat setelah menunjukkan rasa sedihnya, Kim dilaporkan tersenyum lebar ketika rudal balistik baru yang besar ditampilkan dalam parade militer. Dia lalu menyalahkan kesulitan ekonomi Korea Utara yang terus berlanjut sebagai dampak dari sanksi internasional, krisis pandemi virus korona, dan serangkaian topan serta banjir yang merusak.
Sejumlah pengamat memberikan tanggapan atas tangis Kim Jong Un yang dianggap tidak biasa itu.
“Kerendahan hati dan keterusterangan Kim, serta air matanya dan tersedak, semuanya sangat tidak biasa, bahkan bagi seseorang yang secara terbuka mengakui kekurangan serta memiliki pola ekspresif yang mapan, “kata Rachel Minyoung Lee, seorang peneliti independen dan mantan analis open source Korea Utara untuk pemerintah Amerika Serikat seperti dilansir dari Reuters, 13 Oktober 2020.
“Pidato tersebut, yang jelas dirancang dengan hati-hati untuk beresonansi dengan penonton domestik, kemungkinan memperkuat citra Kim sebagai pemimpin yang kompeten dan karismatik, yang juga memiliki sisi kemanusiaan, “ ujar Minyoung Lee.
FARID NURHAKIM | REUTERS