TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Rusia percaya diri bahwa vaksin COVID-19 yang dikembangkan badan usaha miliknya akan aman. Saking optimistisnya, Pemerintah Rusia bahkan menjamin badan usahanya akan ikut menanggung beban legal apabila vaksin yang dinamai Sputnik V itu berbahaya.
"Ini adalah pembeda utama antara vaksin kami dengan vaksin dari negara-negara Barat," ujar Kirill Dmitriev, Kepala Direksi Penanaman Modal Rusia, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 22 September 2020.
Dengan pernyataan Pemerintah Rusia tersebut, maka pengembang vaksin Sputnik V, Gamelaya, jadi ikut menanggung ganti rugi apabila ada masalah dengan produknya. Hal itu kontras dengan perusahaan-perusahaan medis lainnya yang mayoritas tidak ingin menanggung ganti rugi dari dampak vaksin.
Di Amerika, misalnya, seluruh ganti rugi atas vaksin COVID-19 akan ditanggung oleh Pemerintah Amerika, tidak dibagi dengan pengembang vaksin. Pertimbangan Amerika, vaksinasi menyeluruh terhadap warga adalah tugas pemerintah yang memiliki kewajiban mengayomi warganya.
Hal serupa juga dialami pengembang vaksin virus Corona AstraZeneca. AstraZeneca dibebaskan dari tanggung jawab dan tuntutan ganti rugi dari negara manapun apabila vaksin yang dikembangkannya tak manjur.
Dmitriev mengatakan, kesiapan badan usaha Pemerintah Rusia untuk menanggung ganti rugi akan menjadi keunggulan Sputnik V di pasar vaksin. Rusia, kata ia, berharap bisa mendapat pasar sebesar-besarnya dengan Sputnik V yang sempat dianggap prematur gara-gara belum diuji tuntas.
"Kami sangat percaya dengan konsekuseni jangka panjang virus ini. Kami menaruh uang kami di tempat seharusnya dengan tidak meminta perlindungan total," ujar Dmitriev yang bertanggung jawab atas pemasaran Sputnik V.
Sejauh ini, Pemerintah Rusia mengumumkan sudah ada pemesanan 200 juta dosis vaksin Sputnik V. Separuh dari pemesanan itu masing-masing untuk India dan Amerika Latin. Brasil, misalnya, memesan 50 juta dosis.
ISTMAN MP | REUTERS