TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa murka dengan rencana Inggris mengakhiri negosiasi Brexit tanpa kesepakatan dengan menerbitkan undang-undang pasar internal. Sebab, menurut mereka, legislasi tersebut berpotensi memperburuk negosiasi perdagangan dengan negara-negara Eropa sekaligus melanggar hukum internasional walau terbatas.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Uni Eropa ogah menyerah dengan rencana Inggris tersebut. Oleh karenanya, negosiator Uni Eropa akan tetap berupaya mencegah pembahasan Brexit di masa transisi berakhir tanpa kesepakatan atau No Deal Brexit.
"Negosiasi akan tetap berlanjut meski dalam situasi yang tidak mengenakkan. Uni Eropa tidak akan menyerah, itu bisa dipastikan. Negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, akan menuntut pertanggungjawaban Inggris atas kekacauan yang ada," ujar seorang pejabat Uni Eropa, yang enggan disebutkan namanya, Rabu, 9 September 2020.
Diberitakan sebelumnya, negosiasi antara Inggris dan Uni Eropa soal kesepakatan pasca Brexit belum menunjukkan tanda-tanda usai. Terutama, dalam hal perdagangan bebas kedua pihak. Padahal, pertengahan tahun sudah lewat dan masa transisi Brexit akan berakhiri 2020 ini.
Mulai gerah dengan negosiasi yang tak kunjung memberikan titik terang, Inggris meminta Uni Eropa segera menentukan sikap 15 Oktober ini. Jika tidak, maka Brexit akan berakhir tanpa kesepakatan apapun dengan Uni Eropa.
Inggris sudah ancang-ancang dengan skenario itu. Seperti dikatakan sebelumnya, mereka menyiapkan rancangan UU Pasar Internal. Jika disetujui, maka regulasi akan membuat Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara meyerahkan kewenangan di berbagai bidang ke Inggris. Hal itu termasuk dalam hal perdagangan lintas batas yang akan diawasi oleh Pemerintah Inggris.
Nah, rancangan regulasi itu membuat kisruh karena hal yang berkaitan dengan Irlandia Utara. Dalam rancangan kesepakatan Brexit yang sudah ada, Irlandia Utara akan menjadi bagian dari pasar tunggal Uni Eropa. Hal itu demi memudahkan transaksi dengan Irlandia yang berdekatan dengannya. Adanya UU Pasar Internal membuat kabur soal landasan hukum mana yang harus dipatuhi Irlandia Utara.
Manfred Weber, yang mengepalai grup politik terbesar di Parlemen Eropa, menyebut rencana Inggris sebagai bentuk pengkhianatan atas kepercayaan yang diberikan Uni Eropa. Ia mengaku tidak bisa membayangkan hasil negosiasi selain No Deal Brexit dengan sikap Inggris saat ini.
"Dengan situasi saat ini, skenario tanpa kesepakatan adalah hal yang paling memungkinkan dari negosiasi Brexit," ujar Weber.
Hal senada disampaikan Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Menurutnya, apa yang dilakukan Inggris malah kontraproduktif dengan negosiasi perdagangan yang berjalan. "Ini akan mengganggu kepercayaan terhadap Inggris. Segala kesepakatan seharusnya bisa dipegang demi hubungan yang lebih baik nantinya," ujar von der Leyen.
Deputi Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar menyebut upaya Inggris tersebut sebagai serangan "kamikaze" (bunuh diri). Namun, menurutnya, apa yang ingin dicapai Inggris bukanlah No Deal Brexit, tapi daya tawar yang lebih tinggi dalam negosiasi berikutnya yang akan berlangsung pekan ini di London.
"Saya rasa mereka ingin ada kesepakatan dagang. Poin utamanya lebih ke masalah perikanan dan bantuan dari pemerintah," ujar Varadkar mengakhiri.
ISTMAN MP | REUTERS
News Link:
https://www.reuters.com/article/us-britain-eu-negotiations/eu-fumes-over-british-defiance-but-will-press-on-with-brexit-talks-idUSKBN2602G7?il=0
https://www.reuters.com/article/us-britain-eu-ireland-varadkar/irelands-varadkar-says-kamikaze-british-threat-to-break-law-has-backfired-idUSKBN26013Q?il=0