TEMPO.CO, Jakarta - Pihak manajemen musisi legendaris Kanada, Leonard Cohen, sedang mempertimbangkan gugatan hukum atas penggunaan lagu Hallelujah, yang diputar selama Konvensi Nasional Partai Republik (RNC) Amerika Serikat untuk mengusung pencalonan Presiden Donald Trump periode kedua.
Rekaman lagu Halleluja yang dinyanyikan oleh Tori Kelly diputar selama pertunjukan kembang api pada Kamis malam setelah pidato penerimaan Presiden Donald Trump untuk nominasi Partai Republik.
Versi kedua, yang lebih bernuansa opera, dilakukan di depan kamera oleh penyanyi tenor Amerika Christopher Macchio.
Presiden AS Donald Trump tiba bersama ibu negara AS Melania Trump untuk menyampaikan pidato penerimaannya sebagai calon presiden dari Partai Republik 2020 selama acara terakhir Konvensi Nasional Partai Republik di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, AS, 27 Agustus 2020. REUTERS/Carlos Barria
Pihak manajemen Leonard Cohen mengatakan pada Jumat mereka terkejut dan cemas lagu itu telah digunakan dalam acara politik. Pihak Cohen juga mengatakan telah menolak permohonan RNC untuk memainkan lagu itu, menurut laporan Reuters, 29 Agustus 2020.
"Upaya yang agak berani untuk mempolitisasi dan mengeksploitasi Hallelujah, salah satu lagu terpenting dalam katalog lagu Cohen," kata agen Cohen.
"Seandainya RNC meminta lagu lain, 'You Want it Darker', di mana Leonard memenangkan Grammy anumerta pada 2017, kami mungkin telah mempertimbangkan untuk menyetujui lagu itu," ujar agen Cohen.
Leonard Cohen meninggal pada 2016 di usia 82 tahun. Hallelujah pertama kali dirilis pada 1984 dan menjadi lagu yang paling banyak dibawakannya.
Penggunaan lagu tersebut membuat kecewa penggemar Leonard Cohen di media sosial disertai lagu pop lain yang dibawakan secara ilegal dalam kampanye Trump.
Rolling Stones, Neil Young, Tom Petty, Rihanna, Elton John, Adele, dan Queen, adalah di antara puluhan musisi yang telah mengeluarkan surat protes agar musik mereka tidak digunakan dalam kampanye Donald Trump.
Sumber: